5 Cara Cerdas Redakan Stres Karena Utang



Kekhawatiran soal uang dapat memicu tekanan mental dan fisik. Utang – salah satu soal keuangan – ternyata memberikan dampak yang kurang baik pada kesehatan mental dan fisik.

“Utang adalah salah satu penyebab stres dalam hidup yang tidak dapat hilang begitu saja,” ujar Kelly McGonigal, psikolog kesehatan dari Stanford University. “Yang bahaya dari utang adalah betapa kronis dan menyerapnya hal itu, Kebanyakan penyebab stres dalam hidup – kecelakaan mobil, perceraian, kematian anggota keluarga – terjadi, kemudian selesai. Tubuh kita didesain untuk merespon keadaan darurat ini, lalu bangkit kembali. Sementara berutang uang dapat menyebabkan Anda berada di posisi tidak dapat keluar.”

Penelitian bahkan menunjukkan bahwa mereka yang memiliki utang, pada umumnya membutuhkan perawatan kesehatan yang lebih. “Utang tak hanya buruk untuk kesehatan secara keseluruhan: Jumlah yang Anda khawatirkan, tapi pada saat yang sama ada perasaan tak berdaya,” ujar Kelly.

Namun kunci secara emosional, psikologis dan perilaku tentang bagaimana Anda mengambil keputusan finansial menunjukan ada cara yang sehat untuk mengatur dan menghabiskan uang. Yang ternyata juga mampu mengurangi secara signifikan rasa stres yang Anda alami.

Mempunyai pemahaman yang benar tentang uang. Menurut David Krueger, seorang pelatih keuangan dan mantan psikiater di Houston, Texas, kebanyakan dari kita menggunakan uang “mengatakan” siapa kita. “Anda memberikan uang makna untuk diri Anda, dan menggunakan uang setiap hari untuk menceritakan tentang diri Anda, misalnya soal kebebasan, kekuasaan, dan bukti kesuksesan atau sebagai jalan menuju kesempatan.” Identifikasikan hubungan Anda dengan uang, lalu gali lebih dalam apa saja nilai dari uang. Tanyakan kepada diri Anda: kenapa barang bermerek yang mahal begitu penting bagi imej saya? Mengapa memiliki uang sangat penting sampai-sampai saya harus bekerja sampai tengah malam? Hati-hati dengan jawaban Anda, dan tuliskan di selembar kertas jwaban tersebut. Hal ini akan membantu Anda memiliki pemikiran yang tepat tentang uang, di mana tahap awal adalah mengambil alih kembali kendali bagaimana Anda menghabiskannya. “Begitu pikiran Anda tepat, baru Anda dapat membuat sebuah rencana untuk menyelesaikan permasalahan,” tegas David.

Mengenali bahwa utang menciptakan kebebasan semu. “Sebuah penelitian baru-baru ini menemukan bahwa orang yang stres justru ingin mengambil lebih banyak utang untuk merasa berkuasa,” ujar Kelly. Jadi, sekalipun Anda telah menghabiskan limit kartu kredit, misalnya, Anda bakal merasakan kebebasan ketika berhasil menaikan limit kartu kredit tersebut, atau justru mendapatkan kartu kredit baru. Ini berkaitan dengan persepsi jangka pendek dan jangka panjang. “Memang benar Anda menambah utang, namun anda justru merasa memiliki sumber daya yang tersedia untuk Anda, dan pemikiran itu melegakan beberapa orang,” kata Kelly. Hati-hati dengan ilusi jangka pendek ini, dan pertimbangkan biaya di jangka panjang ketika meningkatkan limit kartu kredit, menambah kartu baru, bahkan membeli sesuatu dengan kredit.

Ciptakan “otot pengendalian diri”. Roy Baumeister, seorang spikolog sosial di Florida State University, baru-baru ini mempelajari disiplin mental dengan menggelar penelitian dan menunjukan bahwa kita harus memiliki energi yang kuat untuk mengendalikan diri. Dengan kata lain, kemampuan Anda untuk menahan keinginan berbelanja lama kelamaan bisa kelelahan. Namun anda tetap bisa memberikan dorongan. “Catat semua pengeluaran harian dengan menuliskan semuanya, dan pikirkan benar-benar angka yang menjadi hasil akhir,” ujar Kelly. “dengan melakukan hal tersebut dapat secara efektif melatih, dan dengan demikian memperkuat otot pengendalian diri Anda.”

Jangan berbelanja saat sedang ‘down’. Sebuah penelitian yang dimuat pada Journal of Experimental Social Psychology, menunjukkan bahwa kita senang berbelanja barang-baranag yang dapat menaikkan status, dan membeli barang mahal dengan kredit, terutama saat ego kita terancam – hal ini bisa disebabkan berbagai hal, dari melihat berita buruk di teve, sampai tidak mendapatkan promosi dalam pekerjaan. “Penjelasan ekonomi – bahwa orang membeli barang-barang mahal karena ingin mendapatkan sinyal positif tentang diri mereka terhadap orang lain – masih belum lengkap,” ujar penulis penelitian tersebut, Niro Sivanathan, asisten profesor perilaku berorganisasi di London Business School. Walau demikian, penelitian Niro menunjukkan tindakan membeli tiket mahal adalah untuk membuat si pembeli merasa nyaman. Namun, penulis juga menemukan obatnya: Ketika partisipan merefleksikan nilai-nilai yang nmenurut mereka penting, seperti hubungan kekeluargaan, kesehatan, dan eksistensi diri, keinginan untuk membeli barang-barang bagus menurun.

Hati-hati dengan sikap masa bodoh. Istilah lain dari sikap ini adalah “violation response”, dan intinya ini adalah kecenderungan untuk berbelanja lebih banyak untuk membuat seseorang merasa lebih baik karena berutang. “Sebuah penelitian menunjukkan bahwa semakin Anda kewalahan, semakin anda merasa berbelanja dapat membuat perasaan lebih baik,” ujar Kelly. Tentu saja ini adalah lingkaran setan, karena penyesalan sesudah belanja menyebabkan stres. “Itu sebabnya sangat penting untuk memperhatikan respon Anda ketika Anda melakukan sesuatu yang tidak konsisten dengan tujuan keuangan Anda. Bila Anda lebih memperhatikan dorongan emosional, maka Anda akan dapat menahan diri untuk membelanjakan uang untuk sesuatu yang tidak Anda perlukan,” tegas Kelly.



Karya John Ady Susilo Tenaga Pendidik SDN4 Bayung Lencir


0 Responses So Far: