PropellerAds

Animasi Jam Untuk Blogger


ClockLink.com provides fashionable clocks that you can easily embed in your web page. All you need to do is simply paste the tag on your web page. Our clock will display the city name of your choice if you choose. You can also choose a time zone for your clock so it will show the correct time. Decorate your website with PSP's free Flash clocks on ClockLink.com!


 
Name: fsmg001


Name: northridge001


Name: bloguru001


Name: bloguru003


Name: unitedclearing001


Name: newsmail001


Name: harborstone001


Name: tawhill001


Name: seattleexecs001


Name: scannedcards001


Name: thedog001


Name: jol001


Name: treasurenet001


Name: tiny001


Name: roosevelt001


Name: world001


Name: kidfashion001


Name: panda001


Name: otsukashokai001


Name: bcn001


Name: mailhigh001


Name: mailhigh002


Name: yoshidasauce001



Karya John Ady Susilo Tenaga Pendidik SDN4 Bayung Lencir

Minyak Pertamina yang Dicuri Meledak, 5 Orang Tewas

John Ady Susilo - detikfinance
Rabu, 03/10/2012 13:44 WIB
Bayung Lencir - Sebanyak 5 orang tewas dan 18 korban luka-luka bakar akibat meledaknya minyak dari hasil aksi pencurian di Tempino-Plaju di kilometer 219 Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.

Manager Humas PT Pertamina EP Agus Amperianto mengatakan, ledakan terjadi di dekat lokasi pipa distribusi minyak mentah milik Pertagas (anak usaha Pertamina).

"Ada 5 orang tewas dan 18 orang luka bakar akibat ledakan yang terjadi di kilometer 219 Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan dekat jalur pipa minyak Tempino-Plaju," kata Agus ketika dihubungi wartawan, Rabu (3/10/2012).

Dikatakan Agus, diduga kuat ledakan dan kebakaran yang terjadi tersebut diakibatkan aksi penjarahan minyak mentah dari pipa Tempino-Plaju di daerah tersebut.

"Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya pipa paralon dan bak galian tanah yang menjadi tempat penampungan minyak jarahan di sekitar lokasi kejadian," ujarnya.

Diterangkan Agus, koordinasi penanggulangan telah dilakukan antara pihak Elnusa selaku pelaksana operation and maintenance, Pertamina, Kepolisian, BP Migas, BLH Provinsi, dan aparatur setempat. Tim Pemadam dari Pertamina dibantu oleh tim pemadam kebakaran dari instansi dan industri di sekitar kejadian langsung melakukan tindakan penanganan. Hingga saat ini, telah timbul 5 korban jiwa dan 18 korban luka bakar.

"Pertamina sangat menyayangkan aksi penjarahan minyak yang masih sering terjadi di jalur pipa minyak Tempino-Plaju hingga saat ini. Aksi penjarahan tidak saja merugikan negara hingga ratusan miliar rupiah, tetapi juga telah mengakibatkan kebakaran dan menimbulkan korban jiwa. Pertamina juga mengimbau kepada masyarakat untuk turut menjaga dan melaporkan jika ada tindakan mencurigakan yang terjadi di sekitar jalur pipa Tempino-Plaju," tegas Agus.
Dihubungi terpisah, Vice PResident Comunication Pertamina Ali Mundakir mengatakan, korban meninggal dalam kejadian tersebut adalah pelaku pencurian minyak. "Itu pelaku pencuriannya (minyak mentah)," kata Ali.

Dikatakan Ali, ledakan tersebut terjadi bukan pada pipa distribusi minyak mentah milik Pertamina EP, tetapi merupakan tempat penampungan minyak mentah hasil curian minyak di pipa minyak milik Pertamina.

"Yang meledak bukan pipa milik pertamina, tetapi penampungan minyak mentah hasil curian, itu yang terbakar. Jadi pipa itu kan untuk menyalurkan minyak mentah, lalu pipanya itu dilobangi para pencuri. Setelah itu ditampung di galian-galian tanah. Nah, galian ini yang terbakar, tapi kita masih selidiki penyebabnya," jelas Ali.



Karya John Ady Susilo Tenaga Pendidik SDN4 Bayung Lencir

Kurikulum Baru SD: IPA dan IPS akan Digabung

Wamendikbud: Dua mata pelajaran ini akan jadi pengetahuan umum

Senin, 1 Oktober 2012, 07:02 Wuri Handayani, Daru Waskita (Yogyakarta)
Pemerintah sususn kurikulum baru untuk tingkat SD.
Pemerintah sususn kurikulum baru untuk tingkat SD. (ANTARA/ Anang Budiono)
VIVAnews - Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Wiendu Nuryanti mengungkapkan bahwa pemerintah sedang mengkaji kurikulum baru untuk pelajar tingkat SD, yang diharapkan tahun 2013 sudah selesai. Menurut dia, pengkajian ini untuk mendapatkan kebijakan yang sesuai dengan karakter bangsa.
"Tim yang sedang menggodok kurikulum terdiri dari tim Kementrian Pendidikan, dan tim narasumber yang terdiri dari 15 orang tokoh pendidikan. Mereka termasuk Juwono Sudarsono, Goenawan Mohamad, dan Anis Baswedan," kata Wiendu saat ditemui VIVAnews.

Alasan penggantian kurikulum ini karena banyaknya keluhan dari masyarakat. Sekolah sering dianggap sebagai beban, dari pada fungsinya sebagai media pembelajaran. "Faktor tersebut menghilangkan inti pokok sekolah yakni, hubungan antara guru dengan murid, sehingga kurikulum perlu pembaharuan,"jelasnya.

Wiendu menegaskan, prinsip pokoknya adalah pendidikan karakter akan memiliki bobot yang cukup besar. Namun ia menegaskan, kurikulum baru tidak akan menghilangkan mata pelajaran penting seperti IPA dan IPS.

"Mata pelajaran IPA dan IPS tetap ada, hanya saja akan digabung. Sebab, selama ini pemisahan IPA dan IPS justru menjadi dikotomi. Nantinya dua mata pelajaran ini akan berubah menjadi pengetahuan umum," tandasnya.
Lebih mudah
Lebih lanjut Wiendu mengatakan kurikulum yang baru akan jauh lebih ringan karena adanya penyederhanaan. Metode pembelajarannya pun diperbaruhi sehingga anak mudah mempelajari.

Anggota Komisi X DPR RI, Dedi Gumelar atau yang lebih dikenal (Miing), menilai lunturnya karakter dan budaya bangsa di kalangan pelajar sekolah bukan semata-mata kesalahan murid. Menurut dia, itu karena sistem rekrutmen guru yang salah.

"Karena sekarang ini banyak orang-orang yang bukan kompetensi sebagai guru tetapi menjadi guru dan mengajar pada anak-anak sekolah. Karena pola rekrutmen yang salah menyebabkan hasil didikan pada siswa juga melenceng,"paparnya

Untuk inilah, pihaknya mengakui sejak awal sudah menentang perubahan perguruan tinggi IKIP menjadi universitas. Karena sejak awal keberadaan IKIP itu memang sudah disiapkan untuk membentuk SDM khusus guru. Begitu juga dengan SPG atau SGO. (ren)

© VIVA.co.id   |   Share :  



Karya John Ady Susilo Tenaga Pendidik SDN4 Bayung Lencir

Kurikulum Baru Diuji Publik Awal 2013

Jam Belajar dan Jumlah Pelajaran Dievaluasi

Kamis, 20 September 2012
Jakarta, Kompas – Penyusunan kurikulum pendidikan nasional yang baru diharapkan rampung pada Februari 2013. Sebelum disahkan dan diaplikasikan, pemerintah akan melakukan uji publik terhadap rancangan kurikulum itu untuk memperoleh kritik dan masukan dari masyarakat.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh, Rabu (19/9), di Jakarta, mengatakan, dua tim sudah dibentuk dan sedang bekerja. ”Hasil kerja dua tim penyusun kurikulum akan diuji publik sebelum Februari 2013. Fase ini tak boleh dilupakan. Pasti akan ada perbedaan pendapat nanti,” ujarnya.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Kemdikbud Suyanto menambahkan, tim pertama bertugas menyusun kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Adapun tim kedua bertugas menyusun kurikulum pendidikan tinggi.
”Anggota tim terdiri dari Kemdikbud, Badan Standar Nasional Pendidikan, dan tokoh-tokoh pendidikan. Para tokoh itu yang tahu masalah dan tantangan bangsa ke depan,” kata Suyanto.
Tim penyusun juga mengevaluasi kurikulum yang berlaku saat ini. Misalnya, soal banyaknya mata pelajaran yang harus dipelajari siswa, jam sekolah, hingga mencari penyebab mengapa sering terjadi tawuran siswa, rendahnya kemampuan siswa berbahasa asing, serta berbagai persoalan lain.
Sampai saat ini, tim sedang membahas penentuan kompetensi lulusan siswa di setiap jenjang pendidikan. ”Akan diperjelas juga karakter spesifik apa yang hendak dibentuk, misalnya nilai-nilai kejujuran dan kedisiplinan,” katanya.
Racikan sendiri
Agar bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi bangsa, kurikulum yang disusun pun harus sesuai dengan identitas Indonesia. Hal ini, kata Nuh, berarti kurikulum yang baru tidak akan berkiblat pada kurikulum negara tertentu. Meski begitu, tim penyusun kurikulum diminta mempelajari kurikulum negara lain, terutama anggota Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), antara lain Amerika Serikat, Jerman, Inggris, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Finlandia.
”Kita tidak berkiblat pada negara mana pun, tetapi kita pelajari semuanya, termasuk negara yang gigih terhadap pendidikan karakter kebangsaan, seperti Korea dan Jepang, yang termasuk negara maju tetapi identitas dirinya sangat kuat. Intinya, tidak serta-merta yang ada di luar itu kita fotokopi. Semua kita pelajari dan ramu,” papar Nuh. (LUK/ATO)



Karya John Ady Susilo Tenaga Pendidik SDN4 Bayung Lencir

Metode Diskusi Kelompok Terbimbing Model Tutor Sebaya



Rendahnya mutu pendidikan Indonesia telah banyak disadari oleh berbagai pihak, terutama oleh para pemerhati pendidikan di Indonesia. Rendahnya mutu pendidikan ini dapat dilihat, antara lain, dari rendahnya rata-rata nilai Ujian Nasional (UAN) untuk semua bidang studi yang di-UN-kan, baik di tingkat nasional maupun daerah.
Berdasarkan kenyataan tersebut perlu ada upaya serius untuk meningkatkan nilai UN agar anak-anak bangsa yang kini tengah gencar menimba ilmu di bangku pendidikan benar-benar dalam kondisi siap untuk menghadapi UN. Para siswa didik, khususnya kelas IX, harus diberikan bekal yang cukup memadai sehingga mampu mengerjakan soal-soal UN dengan baik.
Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya nilai UN yang dicapai oleh siswa SMP. Pertama, kurangnya motivasi siswa didik untuk meraih nilai akademis yang tinggi. Hal itu disebabkan oleh situasi dan kondisi pendidikan dalam lingkungan keluarga yang kurang mendukung.
Kedua, merebaknya sikap instan yang melanda kehidupan kaum remaja. Hal ini disebabkan oleh kuatnya sikap permisif masyarakat yang cenderung membiarkan berbagai perilaku anomali sosial berlangsung di tengah-tengah panggung kehidupan sosial. Masyarakat yang seharusnya menjadi kekuatan kontrol untuk ikut menanggulangi berbagai persoalan sosial yang kurang sehat cederung bersikap permisif dan masa bodoh. Sikap instan yang ingin meraih sukses tanpa kerja keras pun dinilai sebagai hal yang wajar terjadi.
Ketiga, guru dinilai kurang kreatif dalam melakukan inovasi pembelajaran, baik dalam pemilihan materi ajar, metode pembelajaran, maupun media pembelajaran, sehingga siswa didik cenderung pasif dan bosan dalam menghadapi atmosfer pembelajaran di kelas. Suasana kelas bagaikan “kerangkeng penjara” yang pengap dan sumpek; tanpa ada celah “kebebasan” bagi peserta didik untuk menikmati kegiatan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Yang lebih mencemaskan, siswa didik diperlakukan bagaikan “tong sampah” ilmu pengetahuan yang hanya sekadar menjadi penampung ilmu, tanpa memiliki kesempatan untuk melakukan pendalaman, refleksi, dan dialog.
Berdasarkan pengalaman empiris, kurang kreatifnya guru dalam melakukan inovasi pembelajaran memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap kemampuan siswa dalam dalam menguasai kompetensi yang seharusnya dicapai. Metode drill yang dilakukan menjelang pelaksanaan UN, dinilai terlalu banyak memberikan intervensi dan tekanan psikologis kepada siswa. Akibatnya, siswa cenderung hanya mampu menjadi penghafal kelas wahid daripada menjadi seorang pembelajar yang haus ilmu pengetahuan. Mereka diperlakukan secara mekanis bagaikan robot sehingga tidak memiliki kesempatan untuk melakukan refleksi dan pendalaman materi ajar.
Dalam konteks demikian, diperlukan upaya serius dari para guru pengampu mata pelajaran yang diujikan secara nasional, yaitu Bahasa Indonesia, Matematika, dan Bahasa Inggris, dan IPA untuk melakukan perubahan penggunaan metode drill. Salah satu metode yang diduga mampu membuat suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan ketika siswa mempelajari materi UN adalah metode diskusi kelompok model tutor sebaya. Melalui metode ini, siswa bisa berdialog dan berinteraksi dengan sesama siswa secara terbuka dan interaktif di bawah bimbingan guru sehingga siswa terpacu untuk menguasai bahan ajar yang disajikan sesuai Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang telah ditetapkan.
Diskusi kelompok terbimbing dengan model tutur sebaya merupakan kelompok diskusi yang beranggotakan 5-6 siswa pada setiap kelas di bawah bimbingan guru mata pelajaran dengan menggunakan tutor sebaya. Tutur sebaya adalah siswa di kelas tertentu yang memiliki kemampuan di atas rata-rata anggotanya yang memiliki tugas untuk membantu kesulitan anggota dalam memahami materi ajar. Dengan menggunakan model tutor sebaya diharapkan setiap anggota lebih mudah dan leluasa dalam menyampaikan masalah yang dihadapi sehingga siswa yang bersangkutan terpacu semangatnya untuk mempelajari materi ajar dengan baik.

Untuk menghidupkan suasana kompetitif, setiap kelompok harus terus dipacu untuk menjadi kelompok yang terbaik. Oleh karena itu, selain aktivitas anggota kelompok, peran ketua kelompok atau tutor sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan kelompok dalam mempelajari materi ajar yang disajikan. Ketua kelompok dipilih secara demokratis oleh seluruh siswa. Misalnya, jika di suatu kelas terdapat 46 siswa, berarti ada 9 kelompok dengan catatan ada satu kelompok yang terdiri atas 6 siswa. Sebelum diskusi kelompok terbentuk, siswa perlu mengajukan calon tutor. Seorang tutor hendaknya memiliki kriteria: (1) memiliki kemampuan akademis di atas rata-rata siswa satu kelas; (2) mampu menjalin kerja sama dengan sesama siswa; (3) memiliki motivasi tinggi untuk meraih prestasi akademis yang baik; (4) memiliki sikap toleransi dan tenggang rasa dengan sesama; (5) memiliki motivasi tinggi untuk menjadikan kelompok diskusinya sebagai yang terbaik; (6) bersikap rendah hati, pemberani, dan bertanggung jawab; dan (7) suka membantu sesamanya yang mengalami kesulitan.
Tutor atau ketua kelompok memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: (1) memberikan tutorial kepada anggota terhadap materi ajar yang sedang dipelajari; (2) mengkoordinir proses diskusi agar berlangsung kreatif dan dinamis; (3) menyampaikan permasalahan kepada guru pembimbing apabila ada materi ajar yang belum dikuasai; (4) menyusun jadwal diskusi bersama anggota kelompok, baik pada saat tatap muka di kelas maupun di luar kelas, secara rutin dan insidental untuk memecahkan masalah yang dihadapi; (4) melaporkan perkembangan akademis kelompoknya kepada guru pembimbing pada setiap materi yang dipelajari.
Peran guru dalam metode diskusi kelompok terbimbing model tutor sebaya hanyalah sebagai fasilitator dan pembimbing terbatas. Artinya, guru hanya melakukan intervensi ketika betul-betul diperlukan oleh siswa.
SKL dan ruang lingkup materi yang didiskusikan:



Karya John Ady Susilo Tenaga Pendidik SDN4 Bayung Lencir

PSIKOLOGI UMUM




A.    PERKEMBANGAN INTERNAL

1.    Pengertian Faktor Perkembangan Internal
Yang dimaksud dengan faktor internal adalah segala sesuatu yang ada dalam diri individu yang keberadaannya mempengaruhi dinamika perkembangan. Termasuk ke dalam faktor-faktor internal tersebut adalah faktor psikologis, dan fisikologi.
2.    Faktor Perkembangan Internal
a.    Faktor Piskologi
Faktor ini mempunyai andil besar terhadap proses berlangsungnya belajar seseorang, baik potensi, keadaan maupun kemampuan yang diagmbarkan secara psikologi pada seorang anak selalu menjadi pertimbangan untuk menentukan hasil belajarnya.
Menurut Andend N. Frandsen bahwa hal hal yang dapat mendorong seseorang untuk belajar itu adalah sebagai berikut :
a.     Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas.
b.     Adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan berkeinginan untuk selalu maju.
c.     Adanya keinginan untuk mendapat simpati dari orang tua, guru dan teman temannya.
d. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru baik dengan kooperasi maupun dengan kompetisi.
e.     Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila telah menguasai pelajaran. (A. N. Frandsen:1996,216).

b.    Faktor fisikologi
Faktor ini mempunyai andil besar terhadap proses berlangsungnya belajar seseorang, baik potensi, keadaan maupun kemampuan yang diagmbarkan secara psikologi pada seorang anak selalu menjadi pertimbangan untuk menentukan hasil belajarnya.
Menurut Andend N. Frandsen bahwa hal hal yang dapat mendorong seseorang untuk belajar itu adalah sebagai berikut :
a. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas.
b. Adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan berkeinginan untuk selalu maju.
c. Adanya keinginan untuk mendapat simpati dari orang tua, guru dan teman temannya.
d. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru baik dengan kooperasi maupun dengan kompetisi.
e. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila telah menguasai pelajaran. (A. N. Frandsen:1996,216).


B.    HEREDITAS

1.    Pengertian Hereditas
Hereditas adalah pewarisan atau pemindahan biologis karakteristik individu dari pihak orang tuanya, atau dengan kata lain dapat diartikan sebagai totalitas karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada anak atau segala potensi, baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi sebagai pewarisan dari pihak orang tua melalui gen-gen.
2.    Fakator hereditas
Adapun yang diturunkan orang tua kepada anaknya adalah sifat strukturnya bukan tingkah laku yang diperoleh dari hasil belajar atau pengalaman. Penurunan sifat-sifat ini mengikuti prinsip-prinsip berikut:
a.   Reproduksi
Penurunan sifat hanya berlangsung melalui sel benih.
b.   Konformitas (keseragaman)
Proses penurunan sifat akan mengikuti pola jenis (spesies) generasi sebelumnya.
c.   Variasi
Proses penurunan sifat yang akan terjadi penurunan yang beraneka (bervariasi) dikarenakan jumlah gen-gen dalam kromosom sangat banyak sehinnga memungkinkan banyak pula kombinasi gen pada setiap pembuahan.
d.   Regresifillial
Penurunan sifat cenderung ke arah rata-rata
Faktor hereditas atau turunan yang diwariskan tersebut meliputi :


a)   Bentuk tubuh dan warna kulit
Warisan yang dibawa oleh anak sejak lahir. Contohnya: anak memiliki tubuh gemuk seperti ibunya. Bagamanapun susah hidupnya nanti ia sukar menjadi kurus, tetapi makan sedikit saja, akan mudah menjadi gemuk. Bentuk wajah seperti bapaknya. Rambut keriting dan kulit putih seperti ibunya. Bagaimanapun berusaha meluruskannya akhirnya akan kembali menjadi keriting.
b)   Intelegensi
Adalah kemampuan yang beresifat umum untuk mengadakan penyesuaian terhadap suatu situasi atau masalah. Kemampuan ini meliputi berbagai jenis kemampuan psikis; abstrak, berpikir mekanis, matematis, memahami, mengingat, berbahasa.
Intelegensi ini dapat diketahui secara lebih tepat dengan menggunakan tes intelegensi, yang ukurannya dinyatakan dalam IQ.
c)   Bakat
Adalah kemampuan khusus yang menonjol diantara berbagai jenis kemampuan yang dimiliki seseorang. Kemampuan khusus itu biasanya berbentuk ketrampilan khusus atau suatu bidang tertentu seperti; seni music, seni suara, seni tari, olah raga, matematika, bahasa, ekonomi, teknik, keguruan, social, agama dan lain-lain.
Bakat merupakan warisan dari orangtua. Warisan dapat dipupuk dan dikembangkan dengan berbagai cara seperti pelatihan dan didukung dana yang memadai. Dirumah bakat dapat diketahui dari tingkah laku dan kegiatannya sejak kecil.
Disekolah dapat diketahui dari nilai yang diperolehnya.
d)   Sifat atau temprament
Adalah salah satu aspek yang diwarisi orangtua dan sifat tersebut dibawa sejak lahir. Sifat berbeda dengan kebiasaan. Sifat sangat sukar diubah sedangkan kebiasaan dapat diubah setiap saat bila dikehendaki dengan sungguh-sungguh.
e)   Penyakit
Penyakit yang dibawa sejak lahir akan terus mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak. Penyakit yang bisa berasal dari keturunan seperti: kebutaan, syaraf, hemopilia.

3. Pemahaman konsep genetika dan prinsip-prinsip penurunannya.
a.   Mekanisme pewarisan
Tiap spesies memiliki suatu mekanisme tertentu untuk mewariskan karakteristik-karakteristik bawaan dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Gen adalah unit-unit informasi keturunanatau bawaan yang bertindak sebagai ‘blueprint’ bagi sel untuk mereproduksi diri dan untuk menghasilakn protein yang mempertahankan kehidupan.
b.   Prinsip-prinsip pewarisan secara genetic yakni sebagai berikut:
(1) Prinsip gen-gen dominan-resesif
Menjelaskan bahwa jika gen dari suatu pasangan bersifat dominan dan gen yang satu  legi bersifat resesif


(2) Gen jenis kelamin
Menjelaskan bahwa dua dari 46 kromosom yang normalnya ada pada sel manusia adalah kromosom jenis kelamin.
(3) Pewarisan poligenetik
Menjelaskan interaksi dari banyak gen untuk mengghasilkan suatu karateristik tertentu.
(4) Perbedaan genotip dan penotip
Mendeskripsikan bahwa tidak selamanya potensi dari trait-trait genetik yang diwarisi dari orangtua dapat menjelma sepenuhnya menjadi trait-trait yang teramati. Genotip merupakan perangkat trait-trait genetik yang diwarisi orang tua. Penotip merupakan perangkat trait yang secara aktual individu tampak dalam kehidupannya.
(5) Rentang reaksi
Mejelaskan rentang penotip yang mungkin dapat terjadi karena keterbatasan genotip.
(6) Kanalisasi
Mendeskripsikan bahwa gen-gen itu memberikan keterbatasan-keterbatasan dalam perkembangan individu sehingga dapat memproteksi dari pengaruh-pengaruh lingkungan yang ekstrim.

3.    Prinsipnya atau Hukum Hereditas
Dapat berlangsung menurut prinsip-prinsip / hokum-hukum tertentu yaitu :
1.      Prinsip Reproduksi, melalui prinsip reproduksi orang tua bisa mewariskan sel benihnya kepada generasinya.
2.       Prinsip Konformitasi, bahwa setiap jenis makhluk menurunkan jenisnya sendiri.
3.       Prinsip Variasi, selain mewarisi ciri-ciri yang umum yang sama juga mewariskan sifat berbeda lainnya.
4.    Prinsip Regresi Fillial, menunjukkan sifat menonjol kedua-duanya misal : meskipun orang tuanya cerdas, generasinya akan sedang-sedang tak secerdas orang tuanya.



Karya John Ady Susilo Tenaga Pendidik SDN4 Bayung Lencir

Laporan PTK IPA Kelas IV SD Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas IV SDN 1 Sukajaya Tentang Struktur Tumbuhan Mata Pelajaran IPA Melalui Metode.


Laporan PTK IPA Kelas IV SD 
Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas IV SDN 1 Sukajaya Tentang Struktur Tumbuhan Mata Pelajaran IPA Melalui Metode.


BAB I
PENDAHULUAN



    Latar Belakang Masalah
Berdasarkan hasil pengalaman guru kelas IV di SD Negeri 1 Sukajaya, bahwa pembelajaran IPA masih menekankan pada konsep-konsep yang terdapat di dalam buku, dan juga belum memanfaatkan pendekatan lingkungan dalam pembelajaran secara maksimal. Mengajak siswa berinteraksi langsung dengan lingkungan jarang dilakukan. Guru IPA sebagian masih mempertahankan urutan-urutan dalam buku tanpa memperdulikan kesesuaian dengan lingkungan belajar siswa. Hal ini membuat pembelajaran tidak efektif, karena siswa kurang merespon terhadap pelajaran yang disampaikan. Maka pengajaran semacam ini cenderung menyebabkan kebosanan kepada siswa.
Para siswa telah memiliki kemampuan awal yang telah diterima di kelas sebelumnya. Kemampuan awal siswa ini harus digali agar siswa lebih belajar mandiri dan kreatif, khususnya ketika mereka akan mengkaitkan dengan pelajaran baru. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah menggunakan pendekatan pembelajaran yang lebih mendekatkan pada lingkungan siswa. Konsep-konsep yang dikembangkan sebaiknya berhubungan dengan alam sekitar agar menjadi konteks pembelajaran yang bermakna. Meskipun demikian mengaitkan konteks lingkungan dalam kehidupan sehari-hari dengan isi materi bukan pekerjaan yang mudah, karena perlu waktu dan proses yang panjang. Namun kenyataannya guru cenderung mengikuti isi kurikulum dan anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar bermakna.
Belajar bermakna menuntut adanya konteks pembelajaran yang muncul di lingkungan tempat tinggal siswa, hal ini dapat dilakukan dengan jalan mengajak siswa belajar di luar kelas atau mengajak mereka mendekati sumber belajar. Maksudnya agar diperoleh ide-ide, dan masalah-masalah yang dapat dilihat dan diamati di lingkungan sekitarnya. Pola pembelajaran seperti ini akan membantu siswa dalam proses berpikir dan pada gilirannya siswa aktif dalam belajar. Pada dasarnya siswa sendiri yang akan menyelesaikan masalah-masalah yang dia dapatkan sesuai dengan konsep materi yang dipelajari. Salah satu konsep yang akrab dengan lingkungan adalah konsep kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan alam. Konsep ini menjadi lebih bermakna jika di dalam pelajaran siswa diajak langsung kelapangan untuk melakukan penyelidikan terhadap permasalahan yang mereka hadapi.
Pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Learning) selanjutnya disingkat dengan PBL, yang akan memberikan motivasi siswa untuk melakukan pemecahan masalah pada masalah-masalah nyata dalam kehidupan yang mereka hadapi serta merangsang siswa untuk menghasilkan sebuah produk/karya (Singletary, 2000:34). Secara garis besar PBL menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan inkuiri. PBL berpusat kepada siswa mendorong inkuiri terbuka dan berpikir bebas yang dikemukakan dalam bentuk laporan, karya yang akan dijadikan bahan evaluasi sehingga membantu siswa untuk menjadi mandiri. Hasil penelitian Rahmi (2005:65) menunjukkan bahwa dengan menggunakan pendekatan PBL dapat meningkatkan pemahaman siswa dan dapat mengoptimalkan respon siswa selama proses pembelajaran. Namun Pendekatan PBL masih belum dikenal di sekolah SD Negeri 1 Sukajaya sehingga guru belum pernah menggunakan pendekatan ini, dengan mempertimbangkan usaha-usaha agar siswa dapat belajar dengan menyenangkan dan memperoleh manfaat besar sesuai dengan kebutuhan kurikulum maka perlu dilakukan penelitian tentang upaya meningkatkan proses dan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 1 Sukajaya melalui Pembelajaran Berdasarkan Masalah.

    Identifikasi Masalah
Memperhatikan situasi di atas, kondisi yang ada saat ini adalah
1.    Guru belum terampil mengemas sebuah pembelajaran menjadi pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM).
2.    Guru belum terampil memilih metode atau pendekatan yang sesuai dengan pembelajaran
3.    Pendekatan PBL masih belum dikenal di sekolah SD Negeri 1 Sukajaya sehingga guru belum pernah menggunakan pendekatan ini.
    Analisis Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang baru selesai didiskusikan dengan teman sejawat dan supervisior diketahui bahwa faktor penyebab rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran adalah :
    Tidak semus siswa mampu memahami konsep struktur bagian tumbuhan dan fungsinya.
    Kurang sistematisnya pelaksanaan metode demonstrasi sehingga siswa kurang memahami metode pengamatan langsung.
    Prioritas dan alternatif masalah
Dari uraian diatas peneliti sebagai guru kelas IV SD Negeri 1 Sukajaya melakukan penelitian dengan judul “Upaya meningkatkan pemahaman siswa IV SDN 1 Sukajaya tentang struktur tumbuhan mata pelajaran IPA melalui pembelajaran berdasarkan masalah” menerapkan metode pembelajaran berdasarkan masalah dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi struktur bagian tumbuhan dan fungsinya pada mata pelajaran IPA.

    Rumusan Masalah
Dari Penelitian Tindakan Kelas masalah yang perlu dipecahkan adalah sebagai berikut : “Apakah Penggunaan Metode Pembelajaran Berdasarkan Masalah Dapat Meningkatkan Pemahaman Siswa IV SDN 1 Sukajaya Tentang Struktur Tumbuhan Mata Pelajaran IPA?”.

    Tujuan Perbaikan
Lapora Peneitian Tindakan Kelas (PTK) yang berlansung dalam 2 siklus ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang struktur bagian tumbuhan dan fungsinya dengan menerapkan metode pembelajaran berdasarkan masalah di kelas IV SD Negeri 1 Sukajaya Kecamatan Bayung Lencir Kabupaten Musi Banyuasin.

    Manfaat Perbaikan
Dari perbaikan pembelajaran yang ditempuh dalam dua siklus, maka penulis menemukan adanya manfaat dari perbaikan pembelajaran tersebut, manfaat perbaikan itu adalah :
    Manfaat bagi guru.
Memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya, karena dengan adanya perbaikanakan menimbulkan rasa puas karena sudah melakukan sesuatu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
b.     Manfaat bagi siswa
Dengan adanya perbaikan pembelajaran maka dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
c.     Manfaat bagi sekolah
Sekolah yang berhasil mendorong terjadinya inovasi pada diri guru telah berhasil pula meningkatkan kualitas pendidikan untuk siswa. Sekolah yang para gurunya sudah mampu membuat perbaikan mempunyai kesempatan yang besar untuk berkembang pesat.
















BAB II
KAJIAN PUSTAKA


    Permasalahan Pembelajaran IPA
Pembelajaran IPA bagi sebagian guru cenderung diajarkan secara konseptual saja, bersifat hafalan dan kurang mementingkan proses pemahaman dan pembinaan konsep. Belajar mengajar adalah suatu proses yang mengolah sejumlah nilai untuk dikonsumsi oleh setiap anak didik. Nilai-nilai itu tidak datang dengan sendirinya tetapi terambil dari berbagai sumber. Sumber belajar sesungguhnya banyak sekali seperti di sekolah, di halaman, di perpustakaan, di pedesaan dan sebagainya. Sarifuddin dan Winataputra (1999:65) mengelompokkan sumber-sumber belajar menjadi 5 kategori yaitu manusia, buku/perpustakaan, media masa, alam lingkungan dan media pendidikan. Namun guru biasanya kurang tertarik menggunakan media sebagai sumber belajar seperti halnya mengajak siswa keluar lingkungan sekolah karena berbagai faktor diantaranya waktu yang terbatas, bobot materi terlalu banyak serta keterbatasan guru dalam mengembangkan inovasi pembelajaran padahal sumber belajar cukup kaya di lingkungan siswa tinggal.
Melalui kurikulum berbasis kompetensi diharapkan pola pembelajaran yang disampaikan dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Menanamkan sikap ilmiah kepada siswa dan melatih siswa untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya secara ilmiah (Subianto, 1990:28). Pada gilirannya siswa aktif dalam belajar karena pada dasarnya siswa sendiri yang akan menyelesaikan masalah-masalah yang dia dapatkan sesuai dengan konsep materi yang dipelajari dengan bantuan media sebagai sumber belajar siswa.
Konsep Kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan alam dalam KTSP 2006 Standar Kompetensi: Memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dan fungsinya. Kompetesi Dasar : Menjelaskan hubungan antara struktur akar tumbuhan dengan fungsinya. Indikator :
1.     Membedakan Jenis, struktur dan fungsi Akar.
2.     Membedakan Jenis, struktur dan fungsi Akar.
3. Membedakan Jenis, struktur dan fungsi Akar.
Di dalam KTSP IPA SD tahun 2006 indikator adalah acuan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran. Acuan ini bukan sesuatu yang mutlak dilaksanakan, hal ini disebabkan pembelajaran lebih menekankan pada “bagaimana menyediakan dan memperkaya belajar siswa”, bukan “apa yang akan dipelajari” Pengalaman belajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi lingkungan melalui interaksi aktif dengan teman, lingkungan, dan nara sumber lain.

    Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan salah satu bentuk pengajaran yang memberikan penekanan untuk membantu siswa menjadi pebelajar yang mandiri dan otonom. Melalui bimbingan yang diberikan secara berulang akan mendorong mereka mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah konkrit oleh mereka sendiri serta menyelesaikan tugas-tugas tersebut secara mandiri (Ibrahim dan Nur, 2000).
Menurut Arends (1997:156), model PBL sangat berguna untuk mengembangkan berpikir ke tingkat berpikir yang lebih tinggi dalam situasi yang berorientasi pada masalah, termasuk belajar bagaimana belajar. Model pengajaran ini cocok untuk materi pelajaran yang terkait erat dengan masalah nyata, meningkatkan keterampilan proses untuk memecahkan masalah, mempelajarai peran orang dewasa melalui pengalamannya dalam situasi yang nyata, serta melatih siswa untuk berdiri sendiri sebagai pebelajar yang otonom.
Pada pelajaran IPA, PBL merupakan salah satu pembelajaran yang cukup menarik dan sudah siap untuk digunakan, pembelajaran berdasarkan masalah mengajak siswa-siswa dalam penyelesaian kasus permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan IPA, meningkatkan minat diskusi di antara siswa dan mendorong kegiatan belajar. Satu lingkungan yang menggunakan pembelajaran berdasarkan masalah lebih baik daripada praktik kerja/magang dan mampu membentuk para pembelajar untuk belajar dari sendiri, pembelajaran berdasarkan masalah juga lebih baik dari pada satu lingkungan yang menggunakan proses pembelajaran mimetis dimana siswa hanya melihat, mengingat, dan mengulang apa yang sudah mereka katakan (Osmundsen, 2001).
Peranan guru dalam PBL adalah untuk mengajukan permasalahan, pertanyaan, dan menyediakan fasilitas yang diperlukan siswa. Arends (1997:156) menekankan pentingnya guru memberi scaffolding berupa dukungan dalam upaya meningkatkan inkuiri dan perkembangan intelektual siswa. Oleh karena itu dalam pengajaran berdasarkan masalah diperlukan untuk menyajikan kepada siswa pada situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan bantuan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. Menurut Arends (1997:161) PBI terdiri dari 5 tahapan utama yang dimulai oleh guru dengan orientasi dengan masalah pada siswa dan diakhiri dengan suatu penyajian dan analisis hasil dari kerja siswa, kelima tahapan tersebut sebagai berikut :
Tahap-1 Orientasi siswa kepada masalah Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
Tahap-2     Mengorganisasi siswa dalam belajar Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Tahap-3     Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi sesuai yang diperlukan, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
Tahap-4     Mengembangkan dan menyajikan hasil karya dan pameran Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai yakni diagram futures wheels dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya
Tahap-5     Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelesaian mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
(Sumber: Arends, 1997)

Kelancaran proses dalam pembelajaran berdasarkan masalah ini memerlukan perangkat penunjang. Perangkat penunjang tersebut dapat berupa buku paduan siswa, RP, LKS, media yang digunakan yakni lingkungan sekitar sekolah.

    Kerangka Pemecahan Masalah
Kerangka pemecahan masalah dan gambaran pola pemecahannya melalui tahapan:
    Guru belum terampil mengemas sebuah pembelajaran menjadi pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM).
    Guru belum terampil memilih metode atau pendekatan yang sesuai dengan pembelajaran.
    Pendekatan PBL masih belum dikenal di sekolah SD Negeri 1 Sukajaya sehingga guru belum pernah menggunakan pendekatan ini.

Penerapan Pendekatan PBL
1.     Guru mampu menerapkan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah
2.     Aktivitas siswa dalam pembelajaran meningkat
3.     Hasil pembelajaran meningkat

    Hakekat Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran IPA
Dalam bagian ini diuraikan tentang hakekat hasil belajar dan aktivitas siswa sebagaimana berikut ini:
    Hakekat Hasil Belajar
Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Sedangkan S. Nasution berpendapat bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Untuk melihat hasil belajar dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai materi atau belum. Penilaian merupakan upaya sistematis yang dikembangkan oleh suatu institusi pendidikan yang ditujukan untuk menjamin tercapainya kualitas proses pendidikan serta kualitas kemampuan peserta didik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan (Cullen, 2003 dalam Fathul Himam, 2004:102).
Hasil belajar dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian (formatif), nilai ulangan tengah semester (sub formatif) dan nilai ulangan semester (sumatif). Dalam penelitian tindakan kelas ini, yang dimaksud hasil belajar siswa adalah hasil nilai ulangan harian yang diperoleh siswa dalam mata pelajaran IPA. Ulangan harian dilakukan setiap selesai proses pembelajaran dalam satuan bahasan atau kompetensi tertentu. Ulangan harian ini terdiri dari seperangkat soal yang harus dijawab para peserta didik, dan tugas-tugas terstruktur yang berkaitan dengan konsep yang sedang dibahas. Ulangan harian minimal dilakukan tiga kali dalam setiap semester. Tujuan ulangan harian untuk memperbaiki modul dan program pembelajaran serta sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan nilai bagi para peserta didik.

    Hakekat Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Peningkatan aktivitas siswa yaitu meningkatnya jumlah siswa yang terlibat aktif belajar, meningkatnya jumlah siswa yang bertanya dan menjawab, meningkatnya jumlah siswa yang saling berinteraksi membahas materi pembelajaran. Metode belajar mengajar yang bersifat partisipatoris yang dilakukan guru akan mampu membawa siswa dalam situasi yang lebih kondusif, karena siswa lebih berperan dan lebih terbuka serta sensitif dalam kegiatan belajar mengajar.
Indikator aktivitas siswa dapat dilihat dari : pertama, mayoritas siswa beraktivitas dalam pembelajaran; kedua, aktivitas pembelajaran didominasi oleh kegiatan siswa; ketiga, mayoritas siswa mampu mengerjakan tugas yang diberikan guru dalam LKS melalui pendekatan pembelajaran berdasarkam masalah
( Problem Based Learning).





























BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PEMBELAJARAN


    Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian
    Subjek Penelitian
Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah kelas IV SD Negeri 1 Sukajaya dengan jumlah siswa 15 orang, terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan.

    Tempat Penelitian
Peneliti melaksanakan penelitian di SD Negeri 1 Sukajaya yang terletak pada jalan raya Palembang-Jambi KM 222 Desa Mekar Jaya Kecamatan Bayung Lencir Kabupaten Musi Banyuasin. Yang mana tempat penelitian ini merupakan tempat peneliti mengajar, sehingga peneliti sudah mengetahui keadaan sekolah ini, serta bertujuan memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar  siswa tentang bilangan bulat yang selama ini hasil belajar siswanya masih rendah atau kurang.

    Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2012 semester genap tahun ajaran 2011/2012, waktu penelitian disesuai dengan jadwal pelajaran di kelas tersebut. Jadwal pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut :
No    Hari/Tanggal    Mata Pelajran    Kegiatan
1.    Selasa, 11 September 2012    IPA    Prasiklus
2.    Selasa, 18 September 2012    IPA    Siklus I
3.    Selasa, 25 September 2012    IPA    Siklus II

     Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari siswa kelas IV SD Negeri 1 Sukajaya dan teman sejawat.
    Siswa, untuk mendapatkan data tentang hasil belajar dan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar.
    Teman sejawat, sebagai sumber data untuk melihat implementasi PTK secara komprehensif, baik dari siswa maupun guru.

    Desain Prosedur Penilaian Pembelajaran
Upaya perbaikan pembelajaran akan dilakukan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berlangsung 2 siklus (Prasiklus, Siklus I, Siklus II) dalam tiap siklus kegiatan yang dilakukan meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Kegiatan yang menjadi penelitian dalam Perbaikan Pembelajaran Matematika adalah penggunaan media gambar.
Selanjutnya Rencana Tindakan pada setiap siklus disusun dalam bentuk Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) I dan Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) II serperti tertera pada lampiran.

    Masa Prasiklus (Orientasi)
Dari hasil diskusi dengan teman sejawat dan hasilnya dikonsultasikan dengan pimbimbing dapat disimpulkan :
    Tidak semua siswa memahami tentang struktur bagian tumbuhan dan fungsinya.
    Pada saat pembelajaran siswa kurang perhatian terhadap materi pelajaran.
    Hasil belajar siswa sangat rendah.
    Keterampilan penggunaan medua kurang sistematis.

    Siklus I
    Rencana
Rencana tindakan pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut :
    Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) I dengan materi “Hubungan antara struktur batang tumbuhan dengan fungsinya”.
    Menyiapkan alat evaluasi.
    Menyiapkan lembar observasi.
    Pelaksanaan
Pada pelaksanaan Siklus I dilaksanakan pada tanggal 18 September 2012 dengan materi hubungan antara struktur batang tumbuhan dengan fungsinya. Yang dilakukan pada tahap ini, antara lain :
    Memberi petunjuk dan penjelasan tentang materi pelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran berdasarkan masalah.
    Memberikan motifasi agar siswa aktif belajar.
    Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau menjawab pertanyaan guru, atau pertanyaan dari siswa lain.
    Menanggapi atau menjawab pertanyaan yang diajukan siswa.
    Melakukan observasi terhadap aktivitas belajar siswa.

    Observasi
Pada tahap ini dilaksanakan pengamatan atau observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Pengamatan dilakukan oleh satu orang pengamat (observer) atau teman sejawat, yaitu Ibu Sugiarti, S.Pd. yang merupakan salah satu guru di SD Negeri 1 Sukajaya. Hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran siklus I dapat dilihat pada lampiran.

    Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan (observer) dan diskusi dengan teman sejawat terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus I diperoleh temuan bahwa media pembelajaran yang digunakan / dibuat oleh guru kurang jelas. Untuk itu siswa harus bisa melakukan observasi sendiri-sendiri dalam mengamati secara langsung. Sehingga melalui pengamatan tersebut, siswa akan mendapat gambaran yang jelas tentang materi pelajaran.




    Siklus II
    Rencana
Rencana tindakan pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut :
    Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) II dengan materi “Struktur, bagian-bagian dan fungsi daun bagi tumbuhan (fotosintesis)”.
    Menyiapkan Lembar Kerja Siswa dan kelompok.
    Menyiapkan alat evaluasi dan lembar observasi.

    Pelaksanaan
Pada pelaksanaan Siklus II dilaksanakan pada tanggal 25 September 2012 dengan materi struktur, bagian-bagian dan fungsi daun bagi tumbuhan (fotosintesis). Yang dilakukan pada tahap ini, antara lain:
    Memberi petunjuk dan penjelasan tentang materi pelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai media.
    Memberikan motifasi agar siswa aktif belajar.
    Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau menjawab pertanyaan guru, atau pertanyaan dari siswa lain.
    Menanggapi atau menjawab pertanyaan yang diajukan siswa.
    Melakukan observasi terhadap aktivitas belajar siswa.

    Observasi
Pada tahap ini dilaksanakan pengamatan atau observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Pengamatan dilakukan oleh satu orang pengamat (observer) atau teman sejawat, yaitu Ibu Sugiarti, S.Pd. yang merupakan salah satu guru di SD Negeri 1 Sukajaya. Hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran siklus I dapat dilihat pada lampiran.

    Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan (observer) dan diskusi dengan teman sejawat terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus II diperoleh temuan bahwa metode pembelajaran berdasarkan masalah siswa merasakan hal yang baru dalam pembelajaran.
Pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran berdasarkan masalah membawa dampak yang positif terhadap pembelajaran. Melalui pengamatan demonstrsi, siswa mendapatkan gambaran yang jelas tentang materi pembelajaran.

    Teknik Analisis Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes dan observasi.
    Tes
Digunakan untuk mendapatkan data tentang kemampuan siswa menyelesaikan soal tentang materi opreasi pengurangan bilangan bulat.
    Observasi
Digunakan untuk mengumpulkan data tentang partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar dan implementasi dari media garis bilangan.

















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


    Deskripsi Persiklus
    Hasil Pengolahan Data
Bagian ini memuat data dan pengolahan data yang diperoleh berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa dan hasil evaluasi yang dilakukan dalam proses pembelajaran IPA di kelas IV SD Negeri 1 Sukajaya.
Hasil observasi yang dilakukan guru terhadap aktivitas siswa sebelum perbaikan pembelajaran dan setelah pembelajaran tersaji pada tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1
Aktivitas Belajar Siswa Kelas IV
Sekolah Dasar Negeri 1 Sukajaya
Dalam Pembelajaran IPA
No    Keterlibatan Peserta Didik dalam Pembelajaran    Prasiklus    Siklus I    Siklus II
        Jumlah
Siswa    %    Jumlah
Siswa    %    Jumlah
Siswa    %
1.    Terlibat aktif    4    27%    8    53%    12    80%
2.    Terlibat pasif    7    47%    4    27%    3    20%
3.    Tidak terlibat    4    27%    3    20%    0    0%
Jumlah     15    100 %    100%    100 %    100%    100 %

Keterangan :
    Terlibat aktif, artinya siswa menyimak dengan sungguh-sungguh, aktif bertanya, dan menjawab pertanyaan dengan benar tentang materi pelajaran.
    Terlibat pasif, artinya siswa menyimak dengan sungguh-sungguh, tetapi tidak aktif bertanya dan menjawab pertanyaan seadanya.
    Tidak terlibat, artinya siswa duduk dan diam saja, tidak mau bertanya maupun menjawab pertanyaan.
Berdasarkan tabel 4.1 di atas terlihat bahwa jumlah siswa dan prosentase siswa yang terlibat aktif dalam pembelajaran sebelum perbaikan pembelajaran dan setelah perbaikan pembelajaran menunjukkan adanya kenaikan. Sebelum perbaikan pembelajaran siswa yang terbilang aktif hanya 4 orang (27 %) kemudian naik menjadi 8 orang (53 %) pada siklus I, dan 12 orang (80 %) pada siklus II. Hal ini berarti pula bahwa aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran IPA mengalami peningkatan.
Peningkatan aktivitas siklus pembelajaran lebih jelas tersaji pada diagram 4.1 berikut.
Diagram 4.1
Aktivitas Belajar Siswa Kelas IV
Sekolah Dasar Negeri 1 Sukajaya
Dalam Pembelajaran IPA











Hasil evaluasi yang dilakukan guru sebelum perbaikan pembelajaran dan pada setiap siklus pembelajaran tersaji pada tabel 4.2 hasil belajar siswa (tabel terlampir).

    Observasi
Berdasarkan tabel 2 terlihat bahwa hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA menunjukkan adanya peningkatan dari satu siklus kesiklus pembelajaran ke siklus pembelajaran berikutnya. Keadaan sebelum perbaikan pembelajaran, jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar atau memperoleh nilai Standar Kentutasan Belajar Minimum (SKBM) ≥ 63 baru mencapai 4 orang (27 %) kemudian meningkat menjadi 9 orang (60 %) pada siklus I, 13 orang (87 %) pada siklus II. Dari data di atas maka pelaksanaan pembelajaran IPS bisa dikatakan berhasil dan cukup memuaskan dikarenakan delah memenuhi ketuntasan belajar secara clasical, yaitu 87 % dari standar ketuntasan belajar clasikal ≥ 85 % siswa mencapai nilai ≥ 63.
Peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa dari keadaan sebelum perbaikan pembelajaran ke setiap siklus pembelajaran secara lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.2 dan diagram 4.2 berikut.
Tabel 4.3
Ketuntasan hasil belajar siswa
Ketuntasan    Prasiklus    Siklus I    Siklus II
    Anka    (%)    Anka    (%)    Anka    (%)
Tuntas     4    27%    9    60%    13    87%
Tidak tuntas     11    73%    6    30%    2    13 %
Jumlah     15    100%    15    100%    15    100%

Diagram 4.2
Hasil Belajar Siswa Kelas IV
Sekolah Dasar Negeri 1 Sukajaya
Dalam Pembelajaran IPA



   






    Refleksi
Berdasarkan evaluasi hasil belajar IPA di kelas IV sebelum perbaikan pembelajaran terlihat jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 63 hanya 4 orang atau 27 % dan hanya 4 siswa yang terlibat aktif dalam pembelajaran. Hai ini menunjukkan bahwa aktivitas belajar dan hasil belajar siswa kurang memuaskan, belum memenuhi target yang diinginkan. Dari hasil observasi dan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan kemudian dilakukan diskusi dengan supervisior dan teman sejawat diperoleh temuan sebagai berikut :
Guru tidak menggunakan media pembelajaran. Sehubungan dengan itu maka dilakukan upaya perbaikan pembelajaran dengan fokus pada pengamatan secara langsung. Proses pembelajaran berikut dilakukan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan dalam 2 siklus.
Pada pembelajaran siklus I dilakukan upaya perbaikan pembelajaran dengan melakukan pengamatan secara langsung pada alam sekitar. Hasil observasi dan hasil evaluasi pada siklus I menunjukkan adanya kenaikan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa. Siswa yang terlibat aktif dalam pembelajaran sebanyak  8 orang (53 %) dan 9 orang (60 %) memperoleh nilai ≥ 63. Walaupun telah menunjukkan adanya peningkatan aktivitas belajar maupun hasil belajar siswa, namun pembelajaran belum dapat dikatakan berhasil dengan kata lain hasil pembelajaran masih kurang memuaskan. Hasil observasi dan refleksi terhadap pembelajaran siklus I diperoleh temuan bahwa kegiatan pembelajaran masih kurang efektif sehingga mengaburkan pemahaman bagi siswa. Sehubungan dengan itu maka dilakukan upaya perbaikan pembelajaran pada siklus II melalui pengamatan berdasarkan masalah.
Dengan menggunakan tindakan ini terlihat bahwa sebagian besar siswa 12 orang (80 %)  terlibat aktif dalam pembelajaran dan hanya 3 orang (20 %) terlihat secara pasif aktif dalam pembelajaran. Hasil belajarnya mencapai ketuntasan sebanyak 87 % atau 13 siswa memperoleh nilai ≥ 63. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas belajar maupun hasil belajar siswa bila dibandingkan dengan hasil yang diperoleh pada siklus I maupun siklus II. Dari tersebut maka pelaksanaan pembelajaran IPA bisa dikatakan berhasil dan cukup memuaskan dikarenakan delah memenuhi ketuntasan belajar secara clasical, yaitu 87 % dari standar ketuntasan belajar clasikal ≥ 85 % siswa mencapai nilai ≥ 63.
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus I dan II telihat bahwa fokus perbaikan pembelajaran adalah meningkatkan hasil belajar siswa atau meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran IPA dapat tercapai.

    Pembahasan dari Setiap Siklus
    Rencana Pembelajaran (Orientasi)
Pada umumnya siswa dapat belajar dengan baik karena didukung dengan lingkungan yang baik. Dalam pelaksanaan banyak siswa yang belum bisa memahami konsep tentang sturktur tumbuhan dan fungsinya. Di akhir pembelajaran ternyata hasil belajar siswa sangat rendah. Kemudian bersama teman sejawat mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan pembelajaran sebagai acuan perbaikan pembelajaran pada siklus I.

    Siklus I
Dengan mengingat kelemahan pada pembelajaran sebelumnya serta saran dari teman sejawat dan supervisior. Praktik menggunakan media lingkungan setempat sebagai tempat pengamatan. Siswa dimotivasi untuk aktif dalam arti siswa mau dibimbing secara individu, dan secara berulang. Dengan penggunaan media yang benar dapat diharapkan mampu meningkatkan prestasi siswa.

    Siklus II
Perencanaan yang baik akan mempengaruhi jalanya proses pembelajaran yang baik. Brown dalam (Pujiati 2005:23) mengatakan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektifitas pembelajaran. Sehingga pada siklus II ini pelaksanaan pembelajaran ditekankan pada pemantapan penggunaan lingkungan sekitar sebagai media. Siswa diberi kesempatan yang luas untuk mengamati secara langsung dan memecahkan masalah yang terjadi, supaya daya ingat tetap baik, yang pada akhirnya mampu meningkatkan pemahaman.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT


    Kesimpulan
Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran IPA sangat dibutuhkan agar minat belajar anak dan pemahaman siswa meningkat. Selain dari itu penggunaan alat juga meningkatkan motivasi belajar siswa. Pembelajaran IPA dengan penggunaan media lingkungan merupakan salah satu alternatif dalam menyampaikan materi pelajaran IPA di sekolah dasar karena dengan penggunaan alat peraga siswa akan lebih mudah memahami konsep IPA dan tantangan belajar, serta dapat menumbuhkan rasa senang siswa untuk belajar IPA, siswa  tidak merasa bosan terhadap pembelajaran dan siswa tidak merasa takut lagi terhadap pembelajaran IPA.
Simpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
    Pada siklus pertama dari hasil tes, jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥63 baru mencapai 9 orang atau 60 %. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan siklus pertama belum memenuhi target yang diinginkan.
    Pada siklus kedua terjadi peningkatan terhadap hasil belajar siswa, yang telah mencapai target yang diinginkan yaitu 80 %. Dari 15 jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 63 sebanyak 13 orang (87 %).

    Saran Tindak Lanjut
Dalam kesimpulan ini penulis memberikan saran-saran, sehubungan dengan pentingnya penggunaan media dengan tepat dan benar.
    Tenaga pendidik hendaknya mampu memilih metode yang sesuai dengan pokok bahasa serta materi pembelajaran yang diajarkan.
    Melalui media lingkungan setempat dan pembelajaran berdasarkan masalah sangat efektif dan membantu guru dalam meningkatkan pemahaman siswa sehingga bagi para guru bisa mencoba mempraktikan dalam proses belajar mengajar di sekolah.
    Mengembangkan keterampilan dalam penerapan metode pembelajaran.
    Tenaga pendidik hendaknya membuka diri meminta atau mencari masukan dalam meningkatkan pembelajaran melalui teman sejawat, kegiatan KKG.
    Dengan bimbingan guru siswa mampu meningkatkan hasil pembelajaran.




























DAFTAR PUSTAKA



Arends. 2006. Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.

Darmodjo, Hendro 1992. Pendidikan IPA. Jakarta : BP2 GSD-Dirjen Dikti.

Drijen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Ibrahim, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta ; Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.

Nawai, Hadari 1991. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gadjah Mada Perss.

Osmundsen.  2001. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : UNY Perss.

Sarifuddin, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Nasional.


Udin S. Winataputra, Dkk. 2003. Setrategi Belajar Mengajar.
Jakarta : Universitas Terbuka.

Wardani, Igag. 2005. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka.














Karya John Ady Susilo Tenaga Pendidik SDN4 Bayung Lencir

PTK PKn Kelas 2 SD


UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS 2
SDN 4 BAYUNG LENCIR PADA MATA PELAJARAN PKN
TENTANG MEMBIASAKAN HIDUP BERGOTONG ROYONG
MELALUI METODE TUTOR SEBAYA

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS AKHIR
MATA KULIAH PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL  (PKP)
KODE MATA KULIAH PDGK 4501






OLEH
YOHANES ADI SUSILO
NIM 817223831

UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH
UNIVERSITAS TERBUKA
2012.2







 KATA PENGANTAR





Selama proses pembelajaran berlangsung pasti akan ditemukan berbagai macam masalah dan hal tersebut perlu diadakan pemecahan masalah dengan optimal. Kegiatan pembelajaran tidak pernah terlepas dari metode maupun media pembelajaran yang dapat membantu tercapainya ketuntasan belajar.
Oleh karena itu, untuk memecahkan masalah yang timbul dalam pembelajaran, penulis melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sebab sasaran akhir PTK adalah perbaikan pembelajaran. Dan penelitian tindakan kelas ini dibuat dalam bentuk laporan yang memuat pendahuluan, perencanaan, pelaksanaan, perbaikan pembelajaran, temuan hasil yang diperoleh, serta kesimpulan dan saran.
Untuk mewujudkan semua harapan itu tidak terlepas dari bantuan semua pihak. Tanpa bantuan semua pihak maka harapan ini tidak akan tercapai.
Semoga laporan Pemantapan Kemampuan Profesioanl (PKP) ini akan membantu semua siswa dan guru dalam proses belajar mengajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) serta berguna bagi dunia pendidikan pada umumnya. Saran dan kritik yang mambangun akan selalu diharapkan. Atas semua bantuanya penulis ucapkan banyak terimakasih.




                                                                                                                                       Penulis







DAFTAR ISI


HALAMAN
HALAMAN JUDUL    ...................................................................................    i
LEMBAR PENGESAHAN    .........................................................................    ii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT    .............................................    iii
KATA PENGANTAR    ..................................................................................    iv
DAFTAR ISI    .................................................................................................    v
DAFTAR TABEL    .........................................................................................    viii
DAFTAR GRAFIK    ......................................................................................    ix

BAB I.   
PENDAHULUAN   
A.  Latar Belakang    ........................................................................................    1
1.     Identifikasi Masalah    .............................................................................    5
2     Analisis Masalah    ...................................................................................    6
3     Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah    ........................................    6
B.     Rumusan Masalah    ...................................................................................    6
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran    .............................................    7
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran    ..........................................    7

BAB II.
KAJIAN PUSTAKA   
A. Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan SD    ...........................................    9
1.     Pengertian    ...........................................................................................    9
2.    Tujuan Pendidikan Kewarganegaran    ...................................................    11
B. Tingkatan Pemahaman Siswa Terhadap Materi Ajar    ...............................    13
C. Hasil Belajar    ...............................................................................................    14
1.     Pengertian Hasil Belajar    ......................................................................    14
2.    Tipe Hasil Belajar    ................................................................................    14

D.    Metode    .......................................................................................................    16
E. Metode Tutor Sebaya    ..................................................................................    17


BAB III.
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian)    ......................................................    19
1.     Subjek Penelitian    ................................................................................    19
2.     Tempat Penelitian    ................................................................................    19
3.    Waktu Penelitian
B. Desain Prosedur Perbaikan pembelajaran    ...............................................    19
1.     Masa Prasiklus (Orientasi)    ...................................................................    20
2.     Siklus I    .................................................................................................    20
3.     Siklus II    ...............................................................................................    21
C. Teknik Analisis Data    ..............................................................................    23

BAB IV.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.  Deskripsi Hasil Perbaikan Pembelajaran    ..................................................    24
1.     Hasil Pengolahan Data    .........................................................................    24
2.     Observasi    ..............................................................................................    26
3.     Refleksi    ................................................................................................    27
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran    .............................    28
1.     Rencana Pembelajaran (Orientasi)    ......................................................    28
2.     Siklus I    .................................................................................................    29
3.     Siklus II    ...............................................................................................    29






BAB V.
KESIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
A. Simpulan    .................................................................................................    30
B. Saran Tindak Lanjut    ...............................................................................    30

DAFTAR PUSTAKA   
LAMPIRAN-LAMPIRAN






BAB I   
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah
Kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang dapat memberikan harapan dan kemungkinan yang lebih baik di masa mendatang, telah mendorong berbagai upaya dan perhatian dari pemerintah, komponen pendidikan serta seluruh lapisan masyarakat terhadap gerak langkah dan perkembangan dunia pendidikan. Menurut Nanang Fattah dan H Mohammad Ali (MBS : 1.3)  pendidikan mempunyai tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, pada intinya bertujuan untuk memanusiakan manusia, mendewasakan,  mengubah perilaku serta meningkatkan kualitas hidup.
Pada kenyataannya, pendidikan bukanlah suatu upaya yang sederhana melainkan suatu kegiatan dinamis dan penuh tantangan. Pendidikan akan selalu berubah seiring dengan perubahan zaman. Setiap saat pendidikan selalu menjadi  fokus  perhatian, bahkan tidak jarang menjadi sasaran ketidakpuasan karena pendidikan menyangkut kepentingan semua orang. Pendidikan tidak hanya menyangkut investasi dan kehidupan di masa yang akan datang, melainkan juga menyangkut kondisi dan suasana kehidupan saat ini. Itulah sebabnya pendidikan senantiasa memerlukan perbaikan dan peningkatan, sejalan dengan semakin tingginya kebutuhan dan tuntutan kehidupan masyarakat.
Proses  pendidikan di sekolah diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta meningkatkan derajat sosial masyarakat bangsa, perlu dikelola, diatur, dan diberdayakan, agar dapat menghasilkan produk atau hasil secara optimal. Dengan kata lain sekolah sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan, merupakan sistem yang memiliki berbagai perangkat dan unsur saling berkaitan tentunya memerlukan pemberdayaan. Secara internal sekolah memiliki perangkat kepala sekolah, guru, murid, kurikulum, sarana dan prasarana. Secara eksternal sekolah memiliki hubungan dengan instansi lain baik secara vertikal maupun horizontal. Oleh karena itu, sekolah memerlukan pengelolaan yang akurat agar dapat memberikan hasil yang optimal, sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan semua pihak yang berkepentingan.
Sekolah sebagai penyelengara pendidikan harus memiliki perangkat kurikulum  sebagai rencana yang strategis untuk melaksanakan rencana secara menyeluruh dan berjangka panjang dalam pencapaian tujuan pendidikan. Senada dengan kebijakan pemerintah mengenai desentralisasi pendidikan, memberikan kewenangan untuk mengelola sendiri organisasi sekolah. Sehingga  sekolah diberi kekuasaan dan kewenangan untuk menyusun serta melaksanakan kurikulum  yang dibuat oleh komponen pendidikan di sekolah tersebut.
Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sebagai kurikulum yang disusun dan ditetapkan secara lokal dipandang memiliki tingkat efektivitas tinggi dan diharapkan dapat memberikan keuntungan, seperti kebijakan dan kewenangan sekolah membawa pengaruh langsung terhadap peserta didik, orang tua dan para pendidik, bertujuan untuk  memanfaatkan sumber daya lokal secara efektif dalam melakukan pembinaan peserta didik, hasil belajar, tingkat pengulangan, tingkat putus sekolah, moral peserta didik, para pendidik dan iklim sekolah. Selain itu dibutukan adanya suatu perhatian bersama untuk mengambil keputusan dalam memberdayakan guru, manajemen sekolah dan perubahan perencanaan pengelolaan sekolah.
Dengan demikian upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional maupun tujuan kelembagaan dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam  meningkatkan profesionalitasnya untuk menciptakan proses pembelajaran secara optimal dan mampu mengevaluasi  secara obyektif. Evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh seorang pendidik tentunya harus mengacu pada kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang terdapat dalam kurikulum. KKM merupakan tolak ukur pencapaian tujuan pembelajaran dari setiap  mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator. Agar KKM yang ditetapkan menjadi tolak ukur yang absah tentunya harus memenuhi standar penilaian pendidikan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2007 yang isinya, “ Bahwa dalam rangka mengendalikan mutu hasil pendidikan sesuai standar nasional pendidikan dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan, perlu menetapkan Standar Penilaian Pendidikan dengan peraturan menteri pendidikan nasional”. Standarisasi penilaian yang  disusun dan ditetapkan  di sekolah oleh seluruh komponen pendidikan dalam rapat akhir tahun sebagai persiapan menghadapi tahun pelajaran baru yang lebih baik.
Di Sekolah Dasar Negeri 4 Bayung Lencir KKM untuk mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, standar kompetensi, kompetensi dasar dan khususnya pada indikator membiasakan hidup bergotong royong ditetapkan sbagai mana terdapat pada tabel 1, yaitu:

Kriteria Ketuntasan Minimal Pendidikan Kewarganegaraan
SD Negeri 4 Bayung Lencir
No    Program Pembelajaran Semester II
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan    KKM
1    Standar Kompetensi:
Membiasakan hidup bergotong royong    71
2    Kompetensi dasar:
Melaksanakan hidup rukun, saling berbagi dan tolong menolong di rumah dan di sekolah.    70
3    Indikator:
Membuat daftar kegiatan pembagian tugas di rumah.
Membuat daftar kegiatan pembagian tugas di sekolah.    70
4    Ketercapaian hasil evaluasi pembelajaran membiasakan hidup bergotong royong.    62
Tabel 1.1. Kriteria Ketuntasan Minimal Pendidikan Kewarganegaraan

Penentuan KKM dengan nilai 70, alasannya karena tingkat kompleksitas materi pembelajaran, daya dukung pendidik dan sarana belajar serta  intaks peserta didik terhadap materi tidak terlalu asing bagi mereka. Dengan kata lain pengalaman dan pengetahuan awal yang dimiliki peserta didik cukup mendukung untuk mencapai target tersebut. Namun, untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam pelaksanaan pembelajaran, pendidik harus melakukan usaha secara maksimal, agar harapan dan tujuan dapat tercapai  dengan memuaskan.
Namun, persoalan yang timbul dalam usaha pencapaian KKM yang telah ditetapkan,  tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Proses  pembelajaran yang telah dirancang, dilaksanakan dan dievaluasi secara maksimal tidak membuahkan hasil yang optimal. Hasil yang dicapai oleh peserta didik masih berada dibawah kriteria ketuntasan minimal yang telah ditentukan. Belum ketercapaianya kriteria ketuntasan minimal tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor yang menunjang ketercapaian hassil proses pembelajaran
Dalam situasi seperti ini, peneliti mengasumsikan adanya tiga pertanyaan yang sangat penting dari hasil proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pertama, bagaimana cara mempertanggungjawabkan ketidakberhasilan proses pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dilaksanakan?, pertanyaan yang  kedua, strategi apa yang harus diterapkan dalam memperbaiki ketidakberhasilan proses pencapaian tujuan pembelajaran agar tercapai hasil yang optimal? dan yang ke tiga bagaimana operasionalisasi dari konsep dan prinsip-prinsip belajar di dalam pengelolaan proses pembelajaran telah sesuai dengan kriteria untuk menilai kelayakan dan kecukupan yang dijadikan ukuran bagi semua faktor yang mendukung ketercapaian tujuan?.
Sebagai jawaban atas pertanyaan yang timbul dari adanya kesenjangan antara tujuan dan hasil pembelajaran yang dicapai, peneliti melakukan kerjasama dengan teman sejawat sekolah  dan supervisor. Kegiatan ini dilakukan secara bebas dan demokratis yang diawali dengan proses observasi yang dilakukan supervisor dan teman sejawat terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh penulis dan peserta didik, curah pendapat dan memberikan motivasi pada peneliti untuk lebih meningkatkan mutu pembelajaran. Tujuan  melakukan kerjasama dengan teman sejawat dan supervisor untuk :
1.          Mengetahui segala aspek proses pembelajaran, keunggulan strategi yang diterapkan maupun masalah-masalah yang dihadapi akibat kelemahan yang dialami penulis.
2.          Melakukan  analisis terhadap perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan hasil proses pembelajaran, apabila kriteria yang ditentukan tidak tercapai, baik dari segi  kualitas maupun kuantitas.
3.          Melakukan refleksi diri, untuk membangkitkan kesadaran akan pentingnya meningkatkan mutu proses pembelajaran yang diharapkan oleh pendidik, peserta didik dan komponen pendidikan lainnya.
4.      merumuskan isu atas permasalahan yang timbul dan harus mencari alternatif pemecahan masalahnya serta menetapkan perencanaan tindakan  perbaikan yang akan dilakukan.

Sebagai gambaran keterkaitan kegiatan yang dilakukan penulis dalam proses pembelajaran dan hasil  observasi yang dilakukan supervisor dan  teman sejawat, dapat  ditemukan permasalahan yang  dianggap sebagai faktor penyebab  adanya kesenjangan antara tujuan dan hasil proses pembelajaran. Permasalahan  yang teridentifikasi dijadikan bahan rujukan bagi penulis untuk melakukan refleksi diri, agar proses pencapaian tujuan pembelajaran selanjutnya, dapat dicapai  sesuai dengan kriteria ketuntasan  minimal yang telah ditetapkan bahkan lebih. Pada akhirnya penulis menyimpulkan seluruh temuan permasalahan yang teridentifikasi  menjadi bahan kajian yang perlu dianalisa.
    Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi proses pembelajaran pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn) tentang membiasakan hidup bergotong royong yang telah didiskusikan dengan  supervisor, terungkap beberapa permasalahan.  Adapun permasalahan yang  terungkap yaitu:
1.         Peserta didik  kurang aktif dalam proses pembelajaran.
2.         Peserta didik kurang berani untuk menyampaikan pendapat dalam diskusi.
3.          Peserta didik kurang termotivasi untuk belajar PKn.
4.          Peserta didik menganggap mudah terhadap materi PKn.
5.          Apabila diberikan pertanyaan  yang menuntut untuk berpikir, pertanyaan sering tidak dijawab dengan baik.
6.          Peserta didik  kurang  memberikan respon positif terhadap pendapat yang disampaikan orang lain.
7.          Rendahnya pemahaman peserta didik terhadap nilai-norma dan sikap dalam bermusyawarah.
    Analisis Masalah
    Guru jarang memberikan motivasi terhadap peserta didik.
    Guru tidak  jelas dalam menyampaikan tugas dan informasi terhadap peserta didik.
    Guru kurang memberikan respon dalam bentuk penghargaan terhadap pendapat yang disampaikan peserta didik.
    Guru belum menerapkan strategi yang tepat untuk  menumbuhkan motivasi belajar kepada peserta didik.
    Guru terlalu cepat dan kurang sistematis dalam penyampaian tugas diskusi pada peserta didik.
    Guru belum mampu menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan hakekat dan karakteristik materi pembelajaran yang diampunya.

    Alternatif dan Prioritas Masalah
Dari hasil paparan identifikasi dan analisis masalah diatas penulis sangat paham apa yang menjadi masalah dalam proses belajar mengajar di kelas IIa SD Negeri 4 Bayung Lencir. Sehingga penulis memilih mengunakan metode tutor sebaya sebagai alternatif dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik.

    Rumusan Masalah
Hasil identifikasi permasalan yang telah didiskusikan bersama supervisor dan teman sejawat menjadi bahan kajian bagi penulis untuk melakukan refleksi diri,  pada akhirnya dapat disimpulkan sebagai rumusan masalah yang harus dicari  alternatif pemecahanya dan tindakan/rencana yang dapat dilakukan untuk melaksanakan perbaikan. Adapun rumusan masalahnya adalah:
“Bagaimana meningkatkan motivasi belajar peserta didik pada pembelajaran PKn tentang membiasakan hidup bergotong royong melalui penerapan metode tutor sebaya di kelas II SDN 4 Bayung Lencir?”



    Tujuan Penelitian
 Tujuan Umum
Untuk  meningkatkan motivasi belajar peserta didik pada pembelajaran PKn tentang bentuk pengambilan keputusan dalam  bermusyawarah. Mengkaji bagaimana cara membelajarkan peserta didik mengenai konsep dan nilai konsep PKn tersebut agar menjadi manusia yang cerdas, terampil, bertanggung jawab sebagai warga negara, serta berpartisipasi aktif dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Tujuan khusus
Melalui penerapan metode pembelajaran tutor sebaya dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tentang membiasakan hidup bergotong royong di kelas II SD Negeri 4 Bayung Lencir.

    Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Manfaat bagi peserta didik
a.    Perbaikan akan membawa dampak positif bagi peserta didik, karena mereka   akan mendapat kesempatan untuk lebih  berperan aktif dalam proses pembelajaran dan menumbuhkan rasa percaya dirinya.
b.       Perbaikan dengan menerapkan metode tutor sebaya akan membawa peserta didik ke situasi belajar yang bervariatif sesuai karakteristik materi yang dikolaborasikan dengan metode-metode  pembelajaran yang diterapkan oleh guru.
c.      Perbaikan akan meningkatkan  motivasi belajar  peserta didik terhadap konsep dan nilai konsep PKn  dalam pembelajaran secara maksimal.

2.  Manfaat  Bagi  Guru
a.    Perbaikan dimanfaatkan guru untuk memperbaiki proses pembelajaran     yang dikelolanya sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran secara optimal.
b.      Perbaikan yang dilakukan oleh  guru akan  mendapat kesempatan untuk mengembangakan ilmu pengetahuan dan keterampilan profesional yang dimlikinya.
c.       Perbaikan akan memotivasi guru untuk mencoba mengembangkan inovasi  yang positif dalam membelajarkan peserta didiknya.
d.      Perbaikan akan membuat guru selalu melakukan analisis terhadap kinerjanya, sehingga menemukan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, kemudian berusaha untuk mengatasi dengan alternatif pemecahan masalah yang akan menjadikan kekuatan rasa percaya terhadap kemampuan pada diri sendiri.

    Manfaat Bagi  Sekolah
Pendidikan di sekolah akan meningkat secara kualitas maupun kuantitas  seiring dengan kemampuan profesional para  pendidiknya. Selain itu, penanggulangan berbagai masalah belajar, perbaikan terhadap konsep yang keliru, serta kesulitan mengajar yang dialami akan segera teratasi.
















BAB II
KAJIAN PUSTAKA


    Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) SD
    Pengertian
Pendidikan  Kewarganegaraan    secara  teori  dapat  dinyatakan  sebagai; ”seleksi dan adaptasi dari lintas disiplin ilmu-ilmu sosial, ilmu kewarganegaraan, humaniora, dan kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara psikologis  dan  ilmiah  untuk  mencapai  salah  satu  tujuan  IPS  “  (Somantri, 2001:159).
Lebih  lanjut  Muhammad  Nu’man  Somantri  (2001:154)  mengemukakan bahwa:  “ Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik  dengan  pengetahuan  dan  kemampuan  dasar  yang  berkenaan  dengan hubungan  antara  warga  negara  dengan  negara  serta  pendidikan  bela  negara  agar menjadi warga negara  yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara’.
Sedangkan  Djahiri  (2002:91)  menjelaskan  secara  lebih  luas  tentang  makna PKn sebagai berikut:
”PPKN  sebagai  bagian  pendidikan  ilmu  kewarganegaraan  atau  PKn  di manapun dan kapanpun sama/mirip, yakni program dan rekayasa pendidikan untuk  membina  dan  membelajarkan  anak  menjadi  warganegara  yang  baik, iman, dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki nasionalisme (rasa kebangsaan)  yang  kuat/mantap,  sadar  serta  mampu  membina  serta melaksanakan hak dan kewajiban dirinya sebagai manusia, warga masyarakat dan  bangsa  negaranya,  taat  asas/ketentuan  (rule  of  law)  ,  demokratis  dan partisipatif,  aktif-kreatif-positif  dalam  kebhinnekaan  kehidupan  masyarakat bangsa-negara  madani  (civil  sociaty)  yang  menjunjung  tinggi  hak  asasi manusia serta kehidupan  yang terbuka, mendunia (global) dan modern tanpa melupakan jati diri masyarakat bangsa dan negaranya”.
Pendapat lain tentang Pedidikan Kewarganegaraan dijelaskan Sanusi (1999) dengan  menawarkan    model  pendidikan  yang  didasarkan  pada  sepuluh  pilar demokrasi  meliput:  (1)  Ketuhanan  Yang  Maha  Esa,  (2)  Hak  Asasi  Manusia,  (3) Kedaulatan rakyat, (4) Kerakyatan yang cerdas, (5) Pembagian kekuasaan negara, (6)  Otonomi  Daerah,  (7)  Rule  of  law,    (8)  Pengadilan  yang  merdeka,  (9) Kemakmuran umum, dan  (10) Keadilan sosial.
Sedang  menurut  UU  No.  20  Tahun  2003  pasal  39  ditegaskan  bahwa  : Pendidikan  Kewarganegaraan  merupakan  usaha  untuk  membekali  peserta didik dengan  pengetahuan  dan  kemampuan  dasar  berkenaan  dengan  hubungan  antara warga  negara  dengan  negara  serta  pendidikan  pendahuluan  bela  negara  agar menjadi warga negara yang diandalkan oleh bangsa dan negara.
Sementara  dalam  Kurikulum  2004  disebutkan  bahwa  Pendidikan Kewarganegaraan  (citizenship),  adalah  merupakan  mata  pelajaran  yang memfokuskan  pada  pembentukan  diri  yang  beragam  dari  segi  agama,  sosio kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa yang menjadi warganegara Indonesia yang
cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Depniknas, 2003:7).
Berdasarkan  beberapa  uraian  di  atas,  dapat  disimpulkan  bahwa  Pendidikan Kewarganegaraan  adalah  merupakan  bagian  dari  ilmu  pendidikan  sosial  (IPS) yang  dipersiapkan  untuk  membekali  peserta  didiknya  dengan  pengetahuan  dan keterampilan  dasar    yang  berkenaan  dengan  hubungan  antara  warga  negara dengan  negara  yang  dilaksanakan  dengan  proses  pembinaan  dan      pembelajaran agar  menjadi warganegara yang baik, iman, dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,  memiliki  nasionalisme  (rasa  kebangsaan)  yang  kuat/mantap,  sadar  serta mampu  melaksanakan  hak  dan  kewajiban  dirinya  sebagai  manusia,  warga masyarakat  dan  bangsa  negaranya,  taat  asas/ketentuan  (rule  of  law),  demokratis dan  partisipatif,  aktif  serta  kreatif  dalam  kebhinekaan  kehidupan  masyarakat-bangsa-negara  madani  (civil  sociaty)  yang  menjunjung  tinggi  hak  asasi  manusia serta  kehidupan  yang  terbuka,  mendunia  (global)  dan  modern  tanpa  melupakan jati diri masyarakat bangsa dan negaranya.



    Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Dilihat  dari  segi  materi  dan  tujuan  pembelajarannya,  Pendidikan  Kewarganegaraan (PKn) merupakan bagian atau salah satu tujuan Pendidikan IPS,
yaitu  bahan  pendidikan  yang  diorganisasikan  secara  terpadu  (integrated)  dari
berbagai disiplin ilmu sosial, humaniora, dokumen negara, pancasila, UUD 1945, dan  perundang-undangan  negara,  dengan  tekanan,  bahan  pendidikan    pada hubungan  warga  negara  dengan  negara  dan  bahan  pendidikan  yang  berkenan dengan bela negara (Soemantri,2001: 161).
Lebih  lanjut  Nu’man  Somantri  (2001:166)  menjelaskan  tentang  fungsi Pendidikan Kewarganegaraan adalah sebagai: “Usaha  sadar  yang  dilakukan  secara  ilmiah  dan  psikologis  untuk memberikan  kemudahan  belajar  kepada  peserta  didik  agar  terjadi internalisasi  moral  Pancasila  dan  pengetahuan  kewarganegaraan  untuk melandasi  tujuan  pendidikan  nasional,  yang  diwujudkan  dalam  integritas pribadi dan prilaku sehari-hari”.
Sematara itu secara teoretik keilmuan, Djahiri (1994:1) menyatakan bahwa: Target  harapan  dan  isi  utama  PKn  adalah  memanusiakan  dan mendewasakan  serta  membudayakan  anak  manusia  (siswa)  secara  paripurna  berdasarkan  nilai,  moral  Pancasila,  agama  dan  budaya  luhur bangsa  Indonesia  sehingga  kelak  di  kemudian  hari    akam  hidup  suatu generasi  “Manusia  Indonesia  Pancasila  Sejati”  dalam  tatanan  kehidupan budaya pancasila”
Sedangkan  menurut  Peraturan  Menteri  Pendidikan  Nasional  RI  Nomor  22 Tahun  2006  tentang  Standar  isi  untuk  Satuan  Pendidikan  Dasar  dan  Menengah adalah sebagai berikut  bahwa tujuan Pendidikan Kewarganegraan adalah:
1)    Berpikir  kritis,  rasional  dan  kreatif    dalam menanggapi  isu kewarganegaraan.
2)    Berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab serta bertindak secara cerdas    dalam  kegiatan  bermasyarakat,  berbangsa  dan  bernegara,  serta anti korupsi
3)    Berkembang  secara  positif  dan  demokratis  untuk  membentuk  diri berdasarkan  karakter-karakter  masyarakat  agar  dapat  hidup  bersama dengan bangsa-bangsa lain 
4)    Berinteraksi  dengan  bangsa-bangsa  lain  dalam  percaturan  dunia  secara langsung dengan memanfaatkan teknologi dan komunikasi.

Sejalan  dengan  isi  dari  petikan  peraturan  Permendiknas  di  atas  Bunyamin Maftuh     (2008:96)     menjelaskan     tentang tujuan     utama Pendidikan Kewarganegaraan,  “adalah  untuk  mendidik  siswa  yang  baik  dan  bertanggung jawab, mampu memecahkan masalah mereka sendiri dan masalah masyarakatnya, termasuk memecahkan konflik antar pribadi dan antar kelompok, dalam cara-cara yang damai dan demokratis”.
Berdasarkan dari uraian diatas maka dapat kita simpulkan mengenai tujuan dari  Pendidikan  Kewarganegaraan  dapat  di  bagi  pada  sekala  umum,  adalah merupakan  bagian    dari  tujuan  Ilmu  Pendidikan  Sosial  yaitu  bahan pendidikan yang  diorganisasikan  secara  terpadu  (integrated)  dari  berbagai  disiplin  ilmu sosial,  humaniora,  dokumen  negara,  pancasila,  UUD  1945,  dan  perundang-undangan  negara,  dengan  tekanan,  bahan  pendidikan    pada  hubungan  warga negara dengan negara dan bahan pendidikan yang berkenan dengan bela negara.
Sedangkan  dalam  sekala  khusus  adalah  tujuan  yang  bangun  dalam  bingkai pembinaan,  pengajaran  dan  pembelajaran  terhadap  anak  didik  (di  tingkat pendidikan dasar dan menengah) yaitu bertujuan untuk mendidik siswa yang baik dan  bertanggung  jawab,  mampu  memecahkan  masalah  mereka  sendiri  dan masalah  masyarakatnya,  termasuk  memecahkan  konflik  antar  pribadi  dan  antar kelompok, dalam cara-cara yang damai dan demokratis.
    Adapun     karakter     peserta     didik     setelah mengikuti pendidikan kewarganegaraan  tersebut  adalah,  diharapkan  mampu  mengembangkan  peserta didik  yang    berpikir  kritis,  rasional  dan  kreatif    dalam  menanggapi  isu kewarganegaraan,  berpartisipasi  secara  aktif  dan  bertanggungjawab  serta bertindak secara cerdas  dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta  anti  korupsi,  berkembang  secara  positif  dan  demokratis  untuk  membentuk diri  berdasarkan  karakter-karakter  masyarakat  agar  dapat  hidup  bersama  dengan bangsa-bangsa  lain,  serta  mampu  berinteraksi  dengan  bangsa-bangsa  lain  dalam percaturan  dunia  secara  langsung  dengan  memanfaatkan  teknologi  dan komunikasi.

    Tingkatan Pemahaman Siswa Terhadap Materi Ajar
Tingkatan pemahaman (the levels of understanding) pada pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua. Menurut Skemp (1976) dalam Wahyudi (2001). Tingkatan pemahaman yang pertama disebut pemahaman instruksional (instructional understanding). Pada tingkatan ini dapat dikatakan bahwa siswa baru berada di tahap tahu atau hafal tetapi dia belum atau tidak tahu mengapa hal itu bisa dan dapat terjadi. Lebih lanjut, siswa pada tahapan ini juga belum atau tidak bisa menerapkan hal tersebut pada keadaan baru yang berkaitan. Selanjutnya, tingkatan pemahaman yang kedua disebut pemahaman relasional (relational understanding). Pada tahapan tingkatan ini, menurut Skemp, siswa tidak hanya sekedar tahu dan hafal tentang suatu hal, tetapi dia juga tahu bagaimana dan mengapa hal itu dapat terjadi. Lebih lanjut, dia dapat menggunakannya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terkait pada situasi lain.
Menurut Byers dan Herscovics (1977) dalam Wahyudi (2001) menganalisis ide Skemp itu dan mengembangkannya lebih jauh. yaitu, siswa terlebih dahulu berada pada tingkatan pemahaman antara, yaitu tingkatan pemahaman intuitif (intuitive understanding) dan tingkatan pemahaman formal (formal understanding). Pertama, sebelum sampai pada tingkatan pemahaman instruksional, siswa terlebih dahulu berada pada tingkatan pemahaman intuitif. Mereka mendefinisikannya sebagai berikut. "Intuitive understanding is the ability to solve a problem without prior analysis of the problem." Pada tahap tingkatan ini siswa sering menebak jawaban berdasarkan pengalaman-pengalaman keseharian dan tanpa melakukan analisis terlebih dahulu. Akibatnya, meskipun siswa dapat menjawab suatu pertanyaan dengan benar, tetapi dia tidak dapat menjelaskan kenapa (why). Kedua, sebelum siswa sampai pada tingkatan pemahaman relasional, biasanya mereka akan melewati tingkatan pemahaman antara yang disebut dengan pemahaman formal.

    Hasil belajar
    Pengertian Hasil Belajar
Untuk mengetahui sejauh mana proses belajar mengajar mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, maka perlu diadakan tes hasil belajar. Menurut pendapat Winata Putra dan Rosita (1997; 191 ) tes hasil belajar adalah salah satu alat ukur yang paling banyak digunakan untuk menentukan keberhasilan seseorang dalam suatu proses belajar mengajar atau untuk menentukan keberhasilan suatu program pendidikan. Adapun dasar-dasar penyususan tes hasil belajar adalah sebagai berikut:
a) Tes hasil belajar harus dapat mengukur apa-apa yang dipelajari dalam proses pembelajaran sesuai dengan tujuan instruksional yang tercantum dalam kurikulum yang berlaku.
b) Tes hasil belajar disusun sedemikian sehingga benar-benar mewakili bahan yang telah dipelajari.
c) Bentuk pertanyaan tes hasil belajar hendaknya disesuaikan dengan aspek-aspek tingkat belajar yang diharapkan.
d) Tes hasil belajar hendaknya dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar.
A. Tabrani (1992;3) mengatakan bahwa belajar mengajar adalah suatu proses yang rumit karena tidak sekedar menyerap informasi dari guru, tetapi melibatkan berbagai kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil yang lebih baik.

    Tipe Hasil Belajar
Menurut Nana Sudjana (1988; 49), tujuan pendidikan yang ingin dicapai dalam suatu pengajaran terdiri dari 3 macam yaitu: bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga aspek tersebut merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan yang harus nampak sebagai hasil belajar. Nana Sudjana (1988;50-54) juga mengemukakan unsur-unsur yang terdapat dalam ketiga aspek pengajaran adalah sebagai berikut :


Tipe hasil belajar bidang kognitif
Tipe ini terbagi menjadi 6 poin, yaitu tipe hasil belajar :
a.     Pengetahuan hafalan (Knowledge), yaitu pengetahuan yang sifatnya faktual. Merupakan jembatan untuk menguasai tipe hasil belajar lainnya.
b.     Pemahaman (konprehention), kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu konsep
c.    Penerapan (aplikasi), yaitu kesanggupan menerapkan dan mengabtraksikan suatu konsep. Ide, rumus, hukum dalam situasi yang baru, misalnya memecahkan persoalan dengan menggunakan rumus tertentu.
d.     Analisis, yaitu kesanggupan memecahkan, menguasai suatu intergritas (kesatuan ynag utuh) menjadi unsur atau bagian yang mempunyai arti .
e. Sintesis, yaitu kesanggupan menyatukan unsur atau bagian menjadi satu integritas.
f. Evaluasi, yaitu kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan pendapat yang dimilikinya dan kriteria yang dipakainya.

Tipe hasil belajar afektif
Bidang afektif disini berkenaan dengan sikap. Bidang ini kurang diperhatikanoleh guru, tetapi lebih menekankan bidang kognitif. Hal ini didasarkan pada pendapat beberapa ahli yang mengatakan, bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah menguasai bidang kognitif tingkat tinggi.
Beberapa tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dan tipe hasil belajar dari yang sederhana ke yang lebih komplek yaitu :
a.     Receiving atau attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan dari luar yang datang pada siswa, baik dalam bentuk masalah situasi dan gejala.
b.     Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulus dari luar .
c.     Valuing atau penilaian, yakni berhubungan dengan nilai dan kepercayaan terhadap stimulus.
d.     Organisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam system organisasi, termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai lainnya dan kemantapan prioritas yang dimilikinya .
e.     Karakteristik nilai atau internalisasi, yakni keterpaduan dari semua nilai yang dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

Tipe hasil belajar bidang psikomotor
Hasil belajar bidang psikomotorik tampak dalam bentuk ketrampilan, kemampuan bertindak individu. Ada 6 tingkatan ketrampilan yaitu :
a.     Gerakan refleks yaitu ketrampilan pada gerakan tidak sadar.
b.     Ketrampilan pada gerakan-gerakan dasar.
c.     Kemampuan pesreptual termasuk di dalamnya membedakan visual , adaptif, motorik, dan lain-lain.
d.     Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan keharmonisan dan ketetapan.
e.     Gerakan-gerakan skill, mulai dari dari ketrampilan sederhana sampai pada ketrampilan yang kompleks .
f.     Kemampuan yang berkenaan dan komunikasi non decorsive seperti gerakan ekspresif, interpretative.

    Metode
Banyak metode mengajar digunakan oleh para guru dalam proses belajar mengajar. Semua metode mengajar itu dapat diterapkan. “Metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud tertentu, cara menyelidiki (mengajar dan sebagainya)”. (W.J.S Poerwadarminta, 1986 : 646). Yang dimaksud dengan metode mengajar menurut T. Raka Joni dalam bukunya “Strategi Belajar Belajar” adalah sebagai berikut : Metode mengajar adalah cara, yang fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dengan cara-cara yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan pengajaran. (T. Raka Joni, 1980 : 783).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode mengajar adalah cara yang paling tepat, bagaimana guru mengajar suatu materi pelajaran secara terarah, efisien dan sistematis untuk mencapai tujuan belajar.

    Metode Tutor Sebaya
Salah satu metode yang diduga mampu membuat suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan ketika siswa mempelajari materi pelajaran adalah metode diskusi kelompok model tutor sebaya. Melalui metode ini, siswa bisa berdialog dan berinteraksi dengan sesama siswa secara terbuka dan interaktif di bawah bimbingan guru sehingga siswa terpacu untuk menguasai bahan ajar yang disajikan sesuai Standar Kompetensi (SK) yang telah ditetapkan.
Diskusi kelompok terbimbing dengan model tutur sebaya merupakan kelompok diskusi yang beranggotakan 5-6 siswa pada setiap kelas di bawah bimbingan guru mata pelajaran dengan menggunakan tutor sebaya. Tutur sebaya adalah siswa di kelas tertentu yang memiliki kemampuan di atas rata-rata anggotanya yang memiliki tugas untuk membantu kesulitan anggota dalam memahami materi ajar. Dengan menggunakan model tutor sebaya diharapkan setiap anggota lebih mudah dan leluasa dalam menyampaikan masalah yang dihadapi sehingga siswa yang bersangkutan terpacu semangatnya untuk mempelajari materi ajar dengan baik.
Untuk menghidupkan suasana kompetitif, setiap kelompok harus terus dipacu untuk menjadi kelompok yang terbaik. Oleh karena itu, selain aktivitas anggota kelompok, peran ketua kelompok atau tutor sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan kelompok dalam mempelajari materi ajar yang disajikan. Ketua kelompok dipilih secara demokratis oleh seluruh siswa. Misalnya, jika di suatu kelas terdapat 22 siswa, berarti ada 4 kelompok dengan catatan ada satu kelompok yang terdiri atas 6 siswa. Sebelum diskusi kelompok terbentuk, siswa perlu mengajukan calon tutor.


Seorang tutor hendaknya memiliki kriteria:
(1)     memiliki kemampuan akademis di atas rata-rata siswa satu kelas;
(2)     mampu menjalin kerja sama dengan sesama siswa;
(3)     memiliki motivasi tinggi untuk meraih prestasi akademis yang baik;
(4)     memiliki sikap toleransi dan tenggang rasa dengan sesama;
(5)     memiliki motivasi tinggi untuk menjadikan kelompok diskusinya sebagai yang terbaik;
(6)     bersikap rendah hati, pemberani, dan bertanggung jawab; dan
(7)     suka membantu sesamanya yang mengalami kesulitan.

Tutor atau ketua kelompok memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
(1) memberikan tutorial kepada anggota terhadap materi ajar yang sedang dipelajari;
(2)     mengkoordinir proses diskusi agar berlangsung kreatif dan dinamis;
(3)     menyampaikan permasalahan kepada guru pembimbing apabila ada materi ajar yang belum dikuasai;
(4)     menyusun jadwal diskusi bersama anggota kelompok, baik pada saat tatap muka di kelas maupun di luar kelas, secara rutin dan insidental untuk memecahkan masalah yang dihadapi;
(4)    melaporkan perkembangan akademis kelompoknya kepada guru pembimbing pada setiap materi yang dipelajari.

Peran guru dalam metode diskusi kelompok terbimbing model tutor sebaya hanyalah sebagai fasilitator dan pembimbing terbatas. Artinya, guru hanya melakukan intervensi ketika betul-betul diperlukan oleh siswa.






BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN


    Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian
    Subjek
Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah kelas II SD Negeri 4 Bayung Lencir dengan jumlah siswa 22 orang, terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan.

    Tempat Penelitian
Peneliti melaksanakan penelitian di SD Negeri 4 Bayung Lencir yang terletak pada Jalan Palembang – Jambi KM. 209 Keluarahan Bayung Lencir Indah Kecamatan Bayung Lencir Kabupaten Musi Banyuasin. Yang mana tempat dan kelas penelitian ini merupakan tempat peneliti mengajar, sehingga peneliti sudah mengetahui keadaan sekolah dan siswanya, serta bertujuan memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar  siswa tentang membiasakan hidup bergotong royong yang selama ini hasil belajar siswanya masih rendah atau kurang.

    Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 semester ganjil tahun ajaran 2012/2013, waktu penelitian disesuai dengan jadwal pelajaran di kelas tersebut. Jadwal pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut :
No    Hari/Tanggal    Mata Pelajran    Kegiatan
1.    Selasa, 11 September 2012    PKn    Prasiklus
2.    Selasa, 18 September 2012    PKn    Siklus I
3.    Selasa, 25 September 2012    PKn    Siklus II
Tabel 3.1 Jadwal pelaksanaan pembelajaran

    Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Upaya perbaikan pembelajaran akan dilakukan melalui Penelitian Tindakan Kegiatan PTK dilakukan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi (Igag Wardani,  2005:51) yang bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran dan pencapaian hasil yang diharapkan. Selama pembelajaran berlangsung jarang siswa mengajukan pertanyaan atau memberi tanggapan terhadap penjelasan guru. Kegiatan yang menjadi penelitian dalam Perbaikan Pembelajaran PKn adalah penggunaan metode tutor sebaya.
Selanjutnya Rencana Tindakan pada setiap siklus disusun dalam bentuk Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) I dan Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) II serperti tertera pada lampiran.
    Masa Prasiklus (Orientasi)
Dari hasil diskusi dengan teman sejawat dan hasilnya dikonsultasikan dengan pembimbing dapat disimpulkan :
    Tidak semua siswa memahami tentang materi membuat daftar kegiatan pembagian tugas di rumah.
    Pada saat pembelajaran siswa kurang perhatian terhadap materi pelajaran.
    Hasil belajar siswa sangat rendah.
    Keterampilan penggunaan metode kurang sistematis.

    Siklus I
    Rencana
Rencana tindakan pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut :
    Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) I dengan materi “Membuat daftar kegiatan pembagian tugas di sekolah”.
    Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS).
    Menyiapkan alat evaluasi.
    Menyiapkan lembar observasi.
    Pelaksanaan
Pada pelaksanaan Siklus I dilaksanakan pada tanggal 18 September 2012 dengan materi membuat daftar kegiatan pembagian tugas di sekolah. Yang dilakukan pada tahap ini, antara lain :
    Memberi petunjuk dan penjelasan tentang materi pelajaran dengan menggunakan metode tutor sebaya.
    Memberikan motifasi agar siswa aktif belajar.
    Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau menjawab pertanyaan guru, atau pertanyaan dari siswa lain.
    Menanggapi atau menjawab pertanyaan yang diajukan siswa.
    Melakukan observasi terhadap aktivitas belajar siswa.

    Observasi
Pada tahap ini dilaksanakan pengamatan atau observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Pengamatan dilakukan oleh dua orang pengamat (observer) yaitu supervisior II Ibu Siti Mar’ati, S.Pd.SD dan teman sejawat, yaitu Ibu Sutini, S.Pd.SD. yang merupakan guru di SD Negeri 4 Bayung Lencir. Hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran siklus I dapat dilihat pada lampiran.

    Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan (observer) dan diskusi dengan supervisior dan teman sejawat terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus I diperoleh temuan bahwa metode pembelajaran yang digunakan / dibuat oleh guru masih belum begitu dipahami oleh siswa. Untuk itu siswa harus bisa berdiskusi bersama kelompoknya, dengan catatan harus ada salah satu siswa yang bisa menjadi contoh atau mengajari temanya dalam diskusi tersebut. Sehingga melalui diskusi tersebut, siswa akan mendapat gambaran yang jelas tentang materi pelajaran.

    Siklus II
    Rencana
Rencana tindakan pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut :
    Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) I dengan materi “Melaksanakan pemeliharaan lingkungan alam”.
    Menyiapkan buku sumber.
    Menyiapkan alat evaluasi.
    Menyiapkan lembar observasi.

    Pelaksanaan
Pada pelaksanaan Siklus II dilaksanakan pada tanggal 25 September 2012 dengan materi melaksanakan pemeliharaan lingkungan alam. Yang dilakukan pada tahap ini, antara lain :
    Memberi petunjuk dan penjelasan tentang materi pelajaran dengan menggunakan metode tutor sebaya.
    Memberikan motivasi agar siswa aktif belajar.
    Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau menjawab pertanyaan guru, atau pertanyaan dari siswa lain.
    Menanggapi atau menjawab pertanyaan yang diajukan siswa.
    Melakukan observasi terhadap aktivitas belajar siswa.

    Observasi
Pada tahap ini dilaksanakan pengamatan atau observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Pengamatan dilakukan oleh dua orang pengamat (observer) yakni supervisior II Ibu Siti Mar’ati, S.Pd.SD dan teman sejawat, yaitu Ibu Sutini, S.Pd.SD. yang merupakan guru di SD Negeri 4 Bayung Lencir. Hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran siklus I dapat dilihat pada lampiran.

    Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan (observer) dan diskusi dengan teman sejawat terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus II diperoleh temuan bahwa melalui metode tutor sebaya siswa merasakan hal yang baru dalam pembelajaran.
Pembelajaran dengan menggunakan metode tutor sebaya membawa dampak yang positif terhadap pembelajaran. Melalui tutor sebaya, siswa mendapatkan gambaran yang jelas tentang materi pembelajaran.

    Teknik Analisis Data
Setelah dianalisis diketahui bahwa hasil belajar siswa semakin meningkat. Ini terbukti pada siklus I mencapai daya serap 63,6%, siklus II 86,4%. Jika pelaksanaan perbaikan pertama belum sesuai dengan harapan guru maka perlu diadakan refleksi untuk mengidentifikasi kelemahan-kelemahan dari tindakan yang dilakukan. Hasil analisis dan refleksi digunakan sebagai acuan untuk merencanakan perbaikan pembelajaran pada siklus berikutnya.





















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


    Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
    Hasil Pengolahan Data
Bagian ini memuat data dan pengolahan data yang diperoleh berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa dan hasil evaluasi yang dilakukan dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarnganegaraan (PKn) di kelas II SD Negeri 4 Bayung Lencir.
Hasil observasi yang dilakukan guru terhadap aktivitas siswa sebelum perbaikan pembelajaran dan setelah pembelajaran tersaji pada tabel 4.1 berikut.


Aktivitas Belajar Siswa Kelas IIa
SD Negeri 4 Bayung Lecnir
Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
No    Keterlibatan Peserta Didik dalam Pembelajaran    Prasiklus    Siklus I    Siklus II
        Jumlah
Siswa    %    Jumlah
Siswa    %    Jumlah
Siswa    %
1.    Terlibat aktif    9    40,9%    14    63,6%    18    81,8%
2.    Terlibat pasif    6    27,3%    5    22,7%    4    18,2%
3.    Tidak terlibat    7    31,8%    3    13,6%    0    0,0%
Jumlah     22    100 %    22    100 %    22    100 %
Tabel 4.1 Aktivitas belajar siswa
Keterangan :
    Terlibat aktif, artinya siswa menyimak dengan sungguh-sungguh, aktif bertanya, dan menjawab pertanyaan dengan benar tentang materi pelajaran.
    Terlibat pasif, artinya siswa menyimak dengan sungguh-sungguh, tetapi tidak aktif bertanya dan menjawab pertanyaan seadanya.
    Tidak terlibat, artinya siswa duduk dan diam saja, tidak mau bertanya maupun menjawab pertanyaan.
Berdasarkan tabel 4.1 di atas terlihat bahwa jumlah siswa dan prosentase siswa yang terlibat aktif dalam pembelajaran sebelum perbaikan pembelajaran dan setelah perbaikan pembelajaran menunjukkan adanya kenaikan. Sebelum perbaikan pembelajaran siswa yang terbilang aktif hanya 9 orang (40,9 %) kemudian naik menjadi 14 orang (63,6 %) pada siklus I, dan 18 orang (81,8 %) pada siklus II. Hal ini berarti pula bahwa aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran PKn mengalami peningkatan.
Peningkatan aktivitas siklus pembelajaran lebih jelas tersaji pada diagram 4.1 berikut.

Aktivitas Belajar Siswa Kelas II
Sekolah Dasar Negeri 4 Bayung Lencir
Dalam Pembelajaran PKn












Diagram 4.1 Aktivitas belajar siswa




    Observasi
Berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn menunjukkan adanya peningkatan dari satu siklus kesiklus pembelajaran ke berikutnya. Keadaan sebelum perbaikan pembelajaran, jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar atau memperoleh nilai Standar Kentutasan Belajar Minimum (SKBM) ≥ 70 baru mencapai 7 orang (31,8 %) kemudian meningkat menjadi 14 orang (63,6 %) pada siklus I, 19 orang (86,4 %) pada siklus II. Dari data di atas maka pelaksanaan pembelajaran PKn bisa dikatakan berhasil dan cukup memuaskan dikarenakan telah memenuhi ketuntasan belajar secara klasical, yaitu 86,4 % dari standar ketuntasan belajar klasikal ≥ 85 % siswa mencapai nilai ≥ 70.
Peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa dari keadaan sebelum perbaikan pembelajaran ke setiap siklus pembelajaran secara lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.3 dan diagram 4.2 berikut.
Tabel 4.3 Ketuntasan hasil belajar siswa
Ketuntasan hasil belajar siswa
Ketuntasan    Prasiklus    Siklus I    Siklus II
    Anka    (%)    Anka    (%)    Anka    (%)
Tuntas     7    31,8 %    14    63,6 %    19    86,4 %
Tidak tuntas     15    68,2 %    8    36,4 %    3    13,6 %







Diagram 4.2 Ketuntasan hasil belajar siswa
Hasil Belajar Siswa Kelas II
Sekolah Dasar Negeri 4 Bayung Lencir
Dalam Pembelajaran PKn












    Refleksi
Berdasarkan evaluasi hasil belajar PKn di kelas II sebelum perbaikan pembelajaran terlihat jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 hanya 7 orang atau 31,8 % dan hanya 9 siswa yang terlibat aktif dalam pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas belajar dan hasil belajar siswa kurang memuaskan, belum memenuhi target yang diinginkan. Dari hasil observasi dan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan kemudian dilakukan diskusi dengan supervisior dan teman sejawat diperoleh temuan sebagai berikut :
Guru kurang menguasai metode diskusi kelompok terbimbimbing tutor sebaya. Sehubungan dengan itu maka dilakukan upaya perbaikan pembelajaran dengan fokus pada penggunaan metode diskusi kelompok terbimbing tutor sebaya.  Proses pembelajaran berikut dilakukan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan dalam 2 siklus.
Pada pembelajaran siklus I dilakukan upaya perbaikan pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi kelompok termbimbing tutor sebaya. Hasil observasi dan hasil evaluasi pada siklus I menunjukkan adanya kenaikan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa. Siswa yang terlibat aktif dalam pembelajaran sebanyak  14 orang (64 %) dan 14 orang memperoleh nilai ≥ 70. Walaupun telah menunjukkan adanya peningkatan aktivitas belajar maupun hasil belajar siswa, namun pembelajaran belum dapat dikatakan berhasil dengan kata lain hasil pembelajaran masih kurang memuaskan. Hasil observasi dan refleksi terhadap pembelajaran siklus I diperoleh temuan bahwa metode pembelajaran yang digunakan kurang efektif sehingga siswa kurang efektif dalam pembelajaran. Sehubungan dengan itu maka dilakukan upaya perbaikan pembelajaran pada siklus II melalui metode diskusi kelompok terbimbing tutor sebaya.
Dengan menggunakan tindakan ini terlihat bahwa sebagian besar siswa 18 orang (82 %)  terlibat aktif dalam pembelajaran dan hanya 4 orang (18 %) terlihat secara pasif aktif dalam pembelajaran. Hasil belajarnya mencapai ketuntasan sebanyak 85 % atau 17 siswa memperoleh nilai ≥ 60. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas belajar maupun hasil belajar siswa bila dibandingkan dengan hasil yang diperoleh pada siklus I maupun siklus II. Dari data tersebut maka pelaksanaan pembelajaran PKn bisa dikatakan berhasil dan cukup memuaskan dikarenakan telah memenuhi ketuntasan belajar secara klasical, yaitu 86,4 % dari standar ketuntasan belajar clasikal ≥ 85 % siswa mencapai nilai ≥ 70.
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus I dan II terlihat bahwa fokus perbaikan pembelajaran adalah meningkatkan hasil belajar siswa atau meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran PKn pada materi membiasakan hidup bergotong royong.

    Pembahasan Dari Setiap Siklus
    Rencana Pembelajaran (Orientasi)
Pada umumnya pembelajaran dapat belajar dengan baik karena didukung dengan lingkungan yang baik. Dalam pelaksanaan banyak siswa yang belum bisa memahami konsep tentang membiasakan hidup bergotong royong. Di akhir pembelajaran ternyata hasil belajar siswa sangat rendah. Kemudian bersama teman sejawat dan supervisior mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan pembelajaran sebagai acuan perbaikan pembelajaran pada siklus I.

    Siklus I
Dengan mengingat kelemahan pada pembelajaran sebelumnya serta saran dari teman sejawat dan supervisior. Praktik menggunakan metode diskusi kelompok terbimbing tutor sebaya secara teratur dan pengarahan bimbingan secara terus-menerus. Siswa dimotivasi untuk aktif dalam arti siswa mau dibimbing secara individu, dan secara berulang. Dengan penggunaan metode diskusi kelompok terbimbing tutor sebaya diharapkan mampu meningkatkan prestasi siswa.

    Siklus II
Setelah melalui siklus I maka peneliti sudah mempunyai pengalaman dari refleksi siklus I. Maka dengan perencanaan yang baik akan mempengaruhi jalanya proses pembelajaran yang baik. Pada siklus II ini pelaksanaan pembelajaran ditekankan pada pemantapan penggunaan metode diskusi kelompok terbimbing tutor sebaya. Dari hasil evalusi siswa maka terlihat adanya peningkatan yang drastis dari prasiklus dengan siklus II ini. Hal ini terbukti bahwa hasil belajar siswa pada prasiklus yang mencapai KKM ≥70 hanya ada 7 orang atau 31,8%, dan pada siklus II ini hasil belajar siswa meningkat menjadi 19 orang atau 86,4% siswa mencapai ketuntasan klasikal.  Hal ini terbukti bahwa metode diskusi kelompok terbimbing tutor sebaya memang benar yang akhirnya mampu meningkatkan pemahaman.











BAB  V
KESIMPULAN DAN SARAN



    Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
    Metode pembelajaran diskusi kelompok terbimbing tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PKn.
    Metode pembelajaran diskusi kelompok terbimbing tutor sebaya dapat merangsang siswa dalam terkondisinya aktivitas belajar baik secara individu atau kelompok.
    Dengan metode pembelajaran diskusi kelompok terbimbing tutor sebaya siswa yang memperoleh ≥ 70 sebelum tindakan dilakukan berjumlah 7 orang (31,8%), pada perbaikan pertama 8 orang (63,6%) dan sedangkan setelah dilakukan tindakan pada siklus II  19 orang (86,4%) tuntas. 

    Saran
Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya mata pelajaran PKn, hendaknya para pengajar perlu memperhatikan langkah-langkah dalam melaksanakan model pembelajaran yang baik.  Hal ini merupakan salah satu cara merangsang agar siswa berusaha lebih baik memupuk inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri.








Daftar Pustaka



Depdiknas. 2003. Pendidikan Kewarganegaraan, Kurikulum dan Silabus Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : Depdiknas

Djahiri. 1994. Strategi Pembelajaran Berorientasi Proses Standar Proses Pendidikan.  Jakarta : Kencana Prima

Drijen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Hakiim, Lukman. 2009. Perencanaan Pembelajaran.
Bandung : CV. Wacana Prima.

Karli Hilda, dkk. 2007. Panduan Belajar Tematik SD Untuk Kelas II Semester 1. Bandung : Penerbit Erlangga.

Maftuh Bunyamin. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Nana Sudjana. 1988. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sanusi. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
 
Somantri Nu’man. 2001. Proses Belajar Mengajar, Jakarta. P.T. Bumi Aksara

Suryanto H, dkk. 2008. Indahnya Bahasa dan Sastra SD/MI Kelas II. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Tim Penulis. 2007. Model Silabus Tematis. Jakarta : Nadya Media.

Wahyudi. 2001. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM.

Wardani, Igak. 2005. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka.

Widihastuti Setiati, dkk. 2008. Pendidikan Kerwarganegaraan SD/MI Kelas II. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Winataputra Udin S, Dkk. 2003. Setrategi Belajar Mengajar.
Jakarta : Universitas Terbuka.

Winataputra Udin S. 2010. Materi Dan Pembelajaran PKn SD. Jakarta :
Universitas Terbuka.





Karya John Ady Susilo Tenaga Pendidik SDN4 Bayung Lencir